Nielsen menyebutkan belanja iklan di semester pertama 2022 mengalami peningkatan. Hal itu menandai ekonomi dan kondisi industri di Tanah Air mulai pulih.
Kenaikan secara keseluruhan tercatat mencapai tujuh persen dibandingkan dengan periode yang sama dibanding tahun sebelumnya. Belanja iklan di TV masih mendominasi disusul dengan iklan di media digital.
“Secara umum peningkatan belanja iklan ini cukup menandakan optimisme pengiklan masih cukup tinggi untuk beriklan di tengah transisi ini. Khususnya untuk saluran televisi dan digital masih dipercaya menjadi kanal yang efektif untuk mempromosikan produknya ke publik,” ujar Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina dalam siaran persnya.
Hellen menyebutkan untuk belanja iklan di TV masih mendominasi dengan porsi belanja iklan sebesar 79,2 persen atau tumbuh sebesar delapan persen dari tahun lalu, dengan jumlah pembelian Rp 107,5 triliun. Sementara untuk belanja iklan secara digital juga tercatat meningkat enam persen dari seluruh total belanja iklan senilai Rp 20,5 triliun.
Namun belanja iklan di media cetak dan radio tercatat mengalami kontraksi. “Terlihat belanja iklan didominasi oleh produk FMCG dan e-commerce, di mana FMCG banyak beriklan di saluran televisi sedangkan e-commerce banyak beriklan di saluran digital,” kata Hellen.
Pemborong belanja iklan paling banyak dilakukan oleh penyedia layanan daring dengan nilai pembelian iklan sebesar Rp 28,5 triliun. Disusul oleh kategori perawatan rambut yang mengisi posisi kedua dengan total belanja iklan sebesar Rp 6,9 triliun.
Secara umum, selain dua kategori itu pengiklan terbanyak yang melakukan pembelian ialah dari kategori bumbu dapur serta organisasi politik dan pemerintah. Dalam laporan bertajuk Nielsen Digital Ad Intel Semester I 2022 diketahui bahwa peningkatkan jumlah kreatif iklan mencapai 40 persen didominasi dengan iklan-iklan digital berdurasi pendek.
Jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi yaitu 2019, maka pada 2022 Nielsen menemukan lebih sedikit produk baru yang muncul dibandingkan dengan periode 2019. “Untuk semester pertama 2022 ini bisa dikatakan pengiklan sudah mulai menunjukkan rasa percaya diri untuk kembali beriklan. Hal ini menunjukkan industri mulai pulih pascapandemi. Namun, masih ada kehati-hatian untuk meluncurkan produk baru dan juga para pengiklan mulai menggunakan strategi campaign yang lebih pendek untuk tema-tema tertentu,” tutup Helen.
# Republika