Indonesia dan gas air mata sepertinya sulit untuk dipisahkan. Baru satu tahun tragedi Kanjuruhan, kini peristiwa yang sama kembali terulang. Dalam lanjutan laga Liga 2 yang mempertemukan Gresik United dengan Deltras FC di tadion Gelora Joko Samudro Gresik, Minggu (19/11/23).
Laga memang terjadi dengan sangat alot, Gresik yang menjadi tuan rumah harus mengakui keunggulan tamunya dengan skor 1-2. Kecewa dengan performa timnya, supporter pun melempari botol minuman ke lapangan dan juga membakar kertas di tribun selatan Stadion Gelora Joko Samudro.
Kericuhan pun akhirnya terjadi, pihak kepolisian yang sudah seharusnya memhamai aturan larangan penembakan gas air mata di stadion justru melakukan kesalahan yang sama seperti di Kanjuruhan Malang yang menewaskan nyawa ratusan orang.
Bahaya Gas Air Mata
Pada dasarnya, penembakan gas air mata dalam lingkup stadion sepak bola sudah menjadi hal yang dilarang oleh FIFA. Lebih lanjut, rasanya makam dari para korban Kanjuruhan belum mengering sepenuhnya, namun polisi seakan-akan ingin menambah korban.
Lagi-lagi, polisi justru menembakan gas air mata dengan tujuan ‘mentertibkan’. Kontak dengan gas air mata dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, mata, dan kulit. Sensasi nyeri muncul karena bahan kimia dalam gas air mata berinteraksi dengan reseptor rasa sakit, yang dikenal sebagai TRPA1dan TRPV1.
BACA JUGA: Messi Sukses Raih Gelar Ballon d’Or Kedelapannya!
TRPA1, reseptor rasa sakit yang juga ditemukan dalam minyak mustard, wasabi, dan lobak, memberikan rasa kuat pada bahan-bahan tersebut. Kandungan seperti Chlorobenzylidenemalononitrile dan Dibenzoxazepine dalam gas air mata ternyata memiliki kekuatan 10.000 kali lipat dibandingkan minyak yang terdapat dalam sayuran tersebut.
Keparahan gejala dan dampak kesehatan akibat paparan gas air mata dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk lokasi penembakan, apakah berada di dalam atau di luar ruangan, jarak dari sumber gas air mata, dan kondisi kesehatan individu yang terpapar.
Beberapa dampak kesehatan yang mungkin timbul akibat paparan gas air mata meliputi penutupan kelopak mata yang tidak disengaja, gatal pada mata, sensasi terbakar pada mata, kebutaan sementara, pandangan yang kabur, dan luka bakar kimia. Sementara itu, paparan jangka panjang atau dalam jarak dekat dapat mengakibatkan dampak lebih serius, seperti kebutaan, pendarahan, kerusakan saraf, katarak, dan erosi kornea.
Suporter yang tidak Pernah Belajar
Pada dasarnya, ada aksi ada rekasi. Aksi suporter yang rusuh dengan membakar kertas di tribun dan membuang botol minuman ke lapangan menjadi bukti bahwa suporter sepak bola di Indonesia belum dewasa. Dalam olahraga, kekalahan adalah hal yang biasa, tim sekelas Manchester City saja bisa kalah dengan tim peringkat akhir di Liga Inggirs.
BACA JUGA: Bukan Hanya Selebrasi Pratama Arhan, Berikut Ini 5 Selebrasi Unik dari Pesepakbola Indonesia
Dengan kultur sepak bola yang lebih kental, rasanya sepak bola Inggris setidaknya dapat menjaga ketertiban meskipun tetap ada gesekan. Karena, pada akhirnya menang-kalah adalah yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia olahraga dan seorang suporter klub sepak bola sudah seharusnya paham akan hal tersebut. (*/)
(RRY)