Pada debat terbaru antara calon wakil presiden, Mahfud MD, Muahimin Iskandar, dan Gibran, terdapat sejumlah momen menarik yang patut dievaluasi. Dalam wawancara eksklusif dengan komunikolog dan pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing bersama Most 1058, beliau memberikan pandangannya mengenai debat pilpres kemarin.
Emruz Sihombing menyampaikan bahwa hasil survei menunjukkan adanya pergeseran sentimen positif dan tingginya tingkat trust dari masyarakat terhadap Mahfud MD. Menurutnya, “Yang beredar sekarang dari berbagai sosial media juga menimbulkan trust tertinggi dan sentimen positif tertinggi kepada Ganjar Mahfud, urutan kedua Muhaimin, dan urutan ketiga Gibran.”
Dalam mengevaluasi debat, Emrus Sihombing memberikan penekanan pada perubahan pesan komunikasi non-verbal dari ketiga calon wakil presiden. “Ketiganya lebih kritis, lebih tajam dibanding debat pertama. Ada perubahan pesan komunikasi non-verbal yang lebih kritikal dan tajam,” katanya.
BACA JUGA: Izin Desak Anies di Yogyakarta Mendadak Dicabut
Emrus Sihombing juga memberikan pandangan tentang kematangan emosional dan intelektual calon wakil presiden. Ia mengkritik kematangan emosional Gibran, mengatakan bahwa “Gibran masih perlu mematangkan diri, terutama dalam kematangan emosional, intelektual, dan spiritualnya untuk menjadi seorang pemimpin.”
Dalam debat tersebut, terdapat momen ketika Mahfud MD menolak menjawab pertanyaan Gibran yang dianggapnya “receh”. Emrus Sihombing mendukung tindakan Mahfud MD ini dengan menyatakan, “Ketegasan Mahfud dalam menolak menjawab pertanyaan yang dianggap receh adalah langkah tepat. Itu menunjukkan integritas dan fokus pada substansi.”
Emrus Sihombing menyebut bahwa debat tersebut dapat mempengaruhi swing voters dan undecided voters. Ia mengatakan, “Swing voters dan undecided voters, karena sifat rasional mereka, akan menilai kandidat berdasarkan kedewasaan emosional, spiritual, dan intelektual. Sentimen positif dan trust tinggi terhadap Mahfud MD bisa memengaruhi perilaku memilih.”
Berdasarkan analisis Emruz Sihombing, debat terbaru calon wakil presiden memunculkan sejumlah aspek yang perlu dievaluasi. Pergeseran sentimen, kritikalitas dalam gaya komunikasi, kematangan emosional calon, dan sikap terhadap pertanyaan menjadi poin-poin penting dalam penilaian dampak debat terhadap pemilih. (*/)
(RRY)