National

Kemenangan Fatia Haris Menjadi Bukti Masih Ada Harapan untuk Demokrasi di Indonesia

Haris Azhar (Foto: (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)


Isu kebebasan berpendapat bisa dibilang menjadi isu yang kini menjadi permasalahan di era kepemimpinan Presiden Jokowi. ‘Karetnya’ UU ITE sering kali dijadikan cara untuk mereka yang mempunyai power untuk mematikan kebebasan berpendapat maupun kritik masyarakat Indonesia.

Salah satu fenomena yang mencuat mencuat dari adanya isu kebebasan berpendapat ini adalah kriminalisasi terhadap dua aktivis HAM, yaitu Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti. Keduanya dilaporkan atas tuduhan pencemaran nama baik terhadap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan terkait video yang memanggil Luhut dengan sebutan ‘lord’.

Setelah hampir satu tahun berkutat dengan pengadilan atas kasus tuduhan pencemaran nama baik, akhirnya Haris Azhar dan Fatia dinyatakan bebas oleh hakim. Dan tentunya, kabar bebasnya Fatia Haris jelas menjadi kemenangan bagi masyarakat Indonesia.

Untuk memberikan keterangan lebih lanjut, Haris Azhar hadir di Most Talk bersama Arlingga Panega dan Indy Rahmawati untuk membahas proses hukum yang telah dijalaninya sampai akhirnya dirinya bersama Fatia dinyatakan bebas.

BACA JUGA: Vonis Bebas Haris Azhar dan Fatia Adalah Kemenangan Masyarakat Indonesia

Haris Azhar Menilai Putusan Hakim Adalah yang Terbaik

Hadirnya Haris Azhar di studio Most Radio tentunya menjadi bukti kemenangan masyarakat Indonesia dalam kebebasan berbicara. Meskipun kriminalisasi Haris Azhar dan Fatia menjadi bukti adanya permasalahan demokrasi di Indonesia, setidaknya kemenangan Haris dan Fatia menjadi bukti adanya harapan bagi demokrasi di Indonesia.

Haris menilai kinerja hakim pun sangat baik. Bahkan, bagi Haris para hakim menjalankan tugasnya dengan keren. Setidaknya terdapat tiga poin putusan hakim yang menurut Haris menjadi yang terbaik.

Penggunaan kata ‘lord’

Salah satu tuduhan pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh terlapor adalah penggunaan kata ‘lord’ dalam video yang dibuat oleh Haris dan Fatia. Haris menjelaskan putusan hakim justru mengatakan kata ‘lord’ justru berkonotasi baik. Hal ini pun didasari dengan pendekatan etimologis yang digunakan oleh hakim untuk membedah makna dari kata ‘lord’

“Hakim mengatakan, ‘lord’ itu bukan sesuatu yang buruk. Dia menerjemahkannya sampai tafsir etimologis.” jelas Haris.

Tuduhan Luhut Bermain Juga

Salah satu  tuduhan yang dilaporkan oleh terlapor adalah tuduhan keterlibatan Luhut dalam bisnis batu bara di Papua. Dalam video yang dibuat oleh Fatia dan Haris, frasas ‘bermain juga’ dipermasalahkan oleh Luhut karena dianggap mencemarkan nama baiknya. Padahal, apa yang diucapkan olleh Fatia dan Haris adalah berdasarkan studi riset.

Berdasarkan hal tersebut, Haris mengapresiasi kinerja hakim yang memutuskan bahwa frasa ‘bermain juga’ dalam konteks kepemilikan bisnis batu bara didasari oleh riset. Sehingga, apa yang disampaikan memang berdasarkan data dan hasil riset. Bahkan, dalam penjelasannya, hakim pun secara langsung mengakui bahwa 99% terlapor memang memiliki perusahaan batu bara.

“Soal bermain tambang, hakim masuk ke riset. Karena, sinear kita membicarakan hasil riset. Dalam hasil riset dibahas mengenai jejaring yang berdasarkan hasil riset. Menurut hakim, mereka mengakui 99% milik dia.” terang Haris

Terkait Frasa “Jadi jahat juga kita”

Poin terakhir hakim yang mendapatkan apresiasi dari Haris adalah mengenai frasa ‘jadi jahat juga kita’. Berdasarkan keterangan hakim, frasa tersebut merupakan dialog yang dilakukan oleh Haris dan juga Fatia. Sehingga, tidak ada sangkut pautnya dengan terlapor, nama-nama dalam riset, maupun hasil riset.

“Hakim menilai, itu adalah dialog saya dengan Fathia. Jadi tidak ada kaitan dengan terlapor, nama-nama dalam riset, dan hasil riset.” jelas Haris.

BACA JUGA: Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti Dinyatakan Bebas

Kemenangan Rakyat Indonesia

Bebasnya Fatia Haris tentunya menjadi kemenangan bagi masyarakat Indonesia. Karena, tidak bisa dipungkiri dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, banyak masyarakat Indonesia yang akhirnya sulit untuk berpendapat maupun mengkritik pemerintah. Intimidasi dan kriminalisasi yang menjadi momok menakutkan untuk berpendapat pada akhirnya yang membuat masyarakat Indonesia memilih untuk diam.

Pada akhirnya, banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk berpendapat maupun mengkritik dengan mengganti kata ‘Indonesia’ menjadi Wakanda atau Konoha. Hal tersebut menjadi bukti bahwa ada yang salah dengan kebebasan berpendapat di Indonesia.

Selain Fatia Haris, masih banyak masyarakat Indonesia yang berkutat dengan masalah kebebasan berpendapat. Sehingga, kemenangan Fatia Haris setidaknya menjadi kemenangan yang selayaknya dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. (*/)

(RRY)

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...