National

Megawati Singgung Kenetralan TNI Polri dalam Pidato HUT PDIP

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan pidato di HUT PDIP ke-51 (Foto: Dok PDIP)


Pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato yang mencakup sejumlah isu politik terkini. Acara sederhana ini digelar di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dengan mengusung tema “Satyam Eva Jayate,” yang artinya kebenaran pasti menang.

HUT ke-51 PDIP hanya mengundang 51 tamu VVIP, termasuk jajaran pengurus pusat, menteri internal partai, pimpinan Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, ketua umum partai pengusung, dan menteri non-PDIP di kabinet Jokowi.

Dalam pidatonya yang berlangsung selama sekitar satu jam, Megawati menyentuh sejumlah isu strategis, antara lain netralitas aparat, demokrasi, pemilu, dan peran relawan. Pidato ini kemudian dianggap banyak mengandung sindiran terhadap Presiden Joko Widodo, meskipun tidak disebutkan nama secara langsung.

Salah satu poin penting yang disoroti dalam pidato Megawati adalah tentang keinginan menteri yang bukan kader partai untuk diundang. Ia menyebut beberapa nama seperti Menkeu Sri Mulyani, Menparekraf Sandiaga Uno, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif, serta Wapres Ma’ruf Amin yang menggantikan Jokowi. Megawati mengundang para menteri tersebut, menunjukkan sikap inklusif terhadap non-kader partai.

Megawati juga turut menyinggung kasus pengeroyokan simpatisan PDIP oleh prajurit TNI di Boyolali pada 30 Desember 2023. Ia mengungkapkan keprihatinan dan keheranannya terhadap tindakan tersebut, mempertanyakan mengapa anggota TNI tega menganiaya rakyat.

BACA JUGA: Ma’ruf Amin Hadiri Ulang Tahun PDIP: Sinyal Dukungan atau Bukan?

Dalam konteks pemilu 2024, Megawati mendesak TNI, Polri, dan ASN untuk menjaga netralitas agar demokrasi tetap kuat. Ia mengingatkan pentingnya netralitas aparat dalam menghadapi perhelatan demokrasi.

Megawati juga menekankan bahwa kebesaran PDIP tidak hanya bergantung pada tokoh tertentu, termasuk presiden. Menurutnya, PDIP besar karena selalu bersama rakyat. Ia mengancam kader yang tidak disiplin dan malas bertemu dengan rakyat tidak akan diusung baik di tingkat legislatif maupun eksekutif.

Dalam rangka pemilihan pemimpin, Megawati menekankan agar masyarakat memilih pemimpin yang memiliki landasan nilai, etika, dan moral. Ia menyoroti perlunya melihat rekam jejak dan kemampuan calon pemimpin dalam memahami harapan masyarakat.

Sindiran pun diberikan kepada KPU dan Bawaslu, di mana Megawati meminta agar keduanya bekerja dengan benar dan menjaga prinsip kebebasan dalam pemilu. Ia mengingatkan agar tidak ada penggiringan opini kepada masyarakat dalam memilih calon pemimpin.

Di akhir pidatonya, Megawati menyatakan keyakinannya bahwa pasangan capres-cawapres dari koalisi PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, akan menang dalam satu putaran pada Pilpres 2024. Ia menilai keduanya sebagai sosok yang energik, cedas, dan peduli terhadap wong cilik (rakyat kecil).

Sebagai penutup, Megawati menegaskan bahwa kekuasaan tidak abadi dan menyerukan agar masyarakat tetap menjaga semangat demokrasi. Pidato ini mencerminkan sikap PDIP dalam menghadapi tantangan politik yang semakin kompleks menjelang pemilihan umum mendatang. (*/)

(RRY)

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...