Dalam era globalisasi saat ini, perekonomian global menghadapi tantangan kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Dinamika ekonomi global dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti situasi geopolitik yang tidak menentu, perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan dan energi, serta perlambatan ekonomi di beberapa negara maju. Pada saat yang sama, Indonesia, sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang berkembang, juga tidak luput dari dampak perubahan ini.
Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi di Jepang dan Inggris, yang diakibatkan oleh tingginya tingkat inflasi dan melemahnya permintaan domestik, memberikan sinyal penting bagi Indonesia untuk mewaspadai dampaknya. Meskipun belum dapat dipastikan bahwa kedua negara tersebut akan memasuki resesi ekonomi, perlu adanya langkah-langkah antisipatif untuk mengatasi potensi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.
Indonesia memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Jepang, baik dalam hal investasi maupun perdagangan. Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia, dengan komoditas utama ekspor seperti batubara, komponen elektronik, nikel, dan otomotif. Meskipun demikian, melihat kondisi ekonomi Jepang yang sedang lesu, Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penurunan permintaan ekspor.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk menghadapi risiko ekonomi global ini. Salah satu langkah yang diambil adalah pembentukan Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional. Tim ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional, memperkuat neraca perdagangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai strategi, seperti penguatan pasokan ekspor, diversifikasi pasar ekspor, penguatan pembiayaan, kerja sama internasional, dan pengembangan ekspor UMKM.
Satuan tugas ini telah menetapkan 12 negara prioritas sebagai tujuan ekspor Indonesia, serta produk ekspor prioritas yang akan dipromosikan. Selain itu, upaya untuk memperluas akses pasar melalui perundingan perjanjian dagang seperti Indonesia-EU CEPA dan kemungkinan masuknya Indonesia ke dalam CPTPP juga menjadi fokus utama.
Meskipun neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus, defisit dalam sektor migas menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret sedang disusun oleh masing-masing kelompok kerja dalam satuan tugas untuk mengatasi tantangan ini, mulai dari rencana jangka pendek hingga jangka panjang.
Dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang tidak pasti, langkah-langkah antisipatif dan kerja sama lintas sektor menjadi kunci bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonominya. Melalui upaya bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan seluruh pemangku kepentingan, diharapkan Indonesia dapat terus memperkuat posisinya dalam perekonomian global dan menghadapi tantangan dengan lebih tangguh. (*/)
(RRY)