Pemilu, sebuah tonggak penting dalam demokrasi Indonesia, tidak pernah lepas dari sorotan dan kritik. Dalam Prime Time Senin, 19 Februari 2024 kemarin. Arlingga Panega dan Indy Rahmawati kedatangan Deddy Kurnia Syah, Direktur Eksekutif dari Indonesia Political Opinion untuk memberikan analisis terhadap beberapa aspek krusial pemilu yang diperdebatkan.
Pertama-tama, partisipasi publik dalam pemilu merupakan indikator penting kualitas demokrasi sebuah negara. Pada pemilu terakhir, terjadi peningkatan partisipasi yang dianggap positif, menunjukkan antusiasme warga negara terhadap proses demokrasi.
Namun, di balik antusiasme tersebut, muncul berbagai permasalahan yang mengancam integritas dan kejujuran pemilu. Dalam diskusi itu, terungkap bahwa kecurangan dan pelanggaran terjadi di banyak tingkatan, dari manipulasi surat suara hingga propaganda yang tidak fair.
BACA JUGA: Golkar Lobi Prabowo Subianto untuk dapatkan Tambahan Kursi Menteri
Pentingnya integritas pemilu diperkuat dengan konteks anomali-anomali yang terjadi, seperti ketidaksesuaian antara elektabilitas partai politik dengan kandidatnya, serta perbedaan dukungan dari pemilih terhadap partai politik dan tokoh-tokohnya.
Dalam konteks tersebut, muncul pula pertanyaan mengenai peran dan pengaruh tokoh-tokoh politik terkemuka dalam pemilihan. Meskipun populeritas mereka dapat memengaruhi preferensi pemilih, terdapat perbedaan dalam dampaknya terhadap kemenangan partai politik.
Diskusi tersebut juga mengungkapkan ketidakseimbangan antara dukungan finansial dan upaya promosi dari berbagai partai politik. Partai-partai dengan dana besar tidak selalu mengalami kenaikan elektabilitas yang signifikan jika mereka tidak mendukung promosi dan propaganda yang efektif.
Selain itu, kontroversi seputar hasil pemilu juga menjadi sorotan utama. Desakan untuk mengulang pemilu muncul, terutama di wilayah-wilayah yang terbukti terjadi pelanggaran. Namun, di sisi lain, mengulang pemilu tanpa langkah-langkah yang konkret untuk menjamin kejujuran dan integritasnya bisa saja berujung pada skenario yang sama.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, Deddy Kurnia Syah menekankan pentingnya menerima hasil pemilu secara administratif, meskipun kritik dan penolakan terhadap pelanggaran harus tetap dilakukan. Menjaga kestabilan dan kedamaian dalam proses demokrasi menjadi prioritas, tanpa mengabaikan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan integritas pemilu di masa depan.
Dengan demikian, diskusi tersebut menjadi titik awal bagi refleksi mendalam tentang tantangan demokrasi Indonesia dan perlunya reformasi yang lebih lanjut dalam sistem pemilihan umum untuk mencapai proses pemilu yang lebih adil, transparan, dan demokratis bagi semua pihak. (*/)
(RRY)