Salah satu program yang rencananya akan diterapkan oleh calon presiden nomor urut dua, yaitu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka adalah program makan siang gratis. Awalnya, makan siang gratis ini direncanakan untuk mengatasi stunting yang memang menjadi permasalahan di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, tujuan dari program makan siang gratis ini kian meluas, termasuk dalam hal sumber pendanaannya.
Kabarnya, program makan siang gratis ini akan menggunakan APBN bidang pendidikan. Isu ini mencuat usai Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar yang merupakan partai koalisi Indonesia Maju mengusulkan pendanaan program makan siang gratis menggunakan Bantuan Operasional Sekolah Spesifik atau BOS Spesifik.
“Kami mengusulkan pola pendanaannya melalui Bantuan Operasional Sekolah Spesifik atau BOS Spesifik atau BOS Afirmasi khusus menyediakan makan siang untuk siswa,” kata Airlangga Hartanto, Kamis 29 Februari 2024.
Dari adanya isu ini, sejumlah pengamat pun memberikan pandangannya terkait penggunaan APBN dalam bidang pendidikan untuk program makan siang gratis ini. Doni Koesoema selaku pemerhati pendidikan sekaligus dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melihat program makan siang gratis ini berdasarkan tujuannya.
Menurutnya, apabila tujuan dari program makan siang gratis adalah untuk mencegah stunting, program ini justru tidak akan efektif. Karena, pencegahan stunting dilakukan sejak si anak di dalam kandungan, bukan ketika sudah lahir. Terlebih, pengembangan otak berlangsung di masa kehamilan, sehingga apabila pemberian makan siang gratis ditujukan untuk SDM yang berkualitas, program ini relatif tidak efektif.
“Saya itu melihat tujuannya dulu apa, artinya jangan sampai kita asal buat program, tetapi tidak tahu tujuannya. Nah, kan makan siang gratis ini kan, kalau tidak salah di dalam kampanye, itu kan untuk mencegah stunting, meningkatkan izin anak-anak Indonesia, lalu kemudian dengan harapan itu bisa mencerdaskan. Kalau tujuannya seperti itu, maka program makan siang gratis yang diperuntukkan bagi semua anak Indonesia itu tidak akan efektif.” Ujar Doni dalam program Prime Time Most Radio pagi hari ini.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Akan Rapatkan Program Makan Siang dan Susu Gratis Hari Ini
Mekanisme yang Berbeda
Adanya isu penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis pun dikritisi oleh Doni. Menurutnya, apabila program makan siang gratis malah menggunakan dana BOS, hal tersebut jelas merupakan dua mekanisme yang berbeda. Apabila program makan siang gratis untuk ibu hamil menggunakan pendanaan sendiri, hal tersebut justru menjadi program yang sangat efektif untuk mengentaskan stunting. Namun, lagi-lagi penggunaan dana BOS/pendidikan untuk program makan siang gratis jelas dua mekanisme yang berbeda.
Doni pun memberikan saran untuk mengefektifkan program makan siang gratis itu sendiri. Menurutnya, pihak sekolah dapat melakukan pendataan terhadap orang tua murid yang tengah mengandung untuk kemudian didata sebagai orang yang mendaptkan program makan siang gratis.
“Kalau ibu-ibu di PAUD itu yang mengantar anak-anak itu kan seringkali di TK itu ada ibu hamil tuh. Iya kan, keluarga-keluarga muda. Nah, menjaringnya di situ. Itu bisa pakai mekanisme itu. Jadi ketika ibu-ibu kumpulan jemput anak-anak dipaut, lalu kelihatan ada ibu hamil, langsung didata oleh sekolah, masuk program makan siang gratis atau program dari pemerintah. ” jelas Doni.
BACA JUGA: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Buka Suara Terkait Program Makan Siang Gratis
Perbaikan Program Pendidikan untuk SDM Berkualitas
Pada dasarnya, kualitas SDM Indonesia memang dimulai dari sejak masa kandungan. Tentunya, kemampuan intelektual seseorang ditentukan sejak di dalam kandungan. Namun, apabila pada akhirnya si anak tidak mendapatkan gizi yang cukup di masa kandungan, tentunya yang harusnya diperbaiki adalah program pendidikannya, bukan malah program makannya.
“Di dalam banyak riset, kalau anak sejak bayi tidak dapat program PC yang baik, dia menghadapi situasi pendidikan yang nggak bagus pun dia itu akan cerdas, Mas. Sudah bisa bibit-bibit untuk mengatasi keterbatasannya itu. Tetapi kalau itu sudah tidak memperoleh, lalu yang bisa membantu kemudian mengatasi itu adalah program
pendidikannya, Mas. Jadi bukan makannya, tetapi program pendidikannya,” jelas Doni.
Pada akhirnya, pengalokasian dana BOS untuk program makan siang gratis tidak efektif. Terlebih, apabila tujuannya untuk mencegah stunting, tentunya hal tersebut sudah terlambat. Apabila negara ingin mencetak SDM yang berkualitas, maka perbaikan program pendidikan lah yang harusnya menjadi prioritas dari negara. (*/)
(RRY)