Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro bungkam dan menghindari awak media setelah melakukan rapat tertutup selama sekitar 3 jam dengan Komisi X di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (23/1).
Satryo meninggalkan ruang rapat sekitar pukul 17.16 WIB melalui pintu sekretariat Komisi X.
Satryo yang mengenakan kemeja putih itu bungkam atas seluruh cecaran pertanyaan yang dilontarkan awak media terkait tukin dosen ASN, dugaan berperilaku kasar terhadap staf kementerian, hingga dugaan memecat pegawai secara sepihak.
Ia tampak langsung menghindari kejaran awak media tanpa melambaikan tangan atau menggubris awak media dan langsung masuk ke dalam mobil.
Di sisi lain, Sekjen Kemendikti, Togar M. Simatupang mengatakan, rapat selama sekitar 3 jam itu membahas 3 hal utama. Yakni; tukin dosen ASN, program Kemendiktisaintek 2025, hingga isu terkini.
Belakangan, pegawai di Kemendiktisaintek melakukan aksi di demo depan kantor kementerian tersebut, Senin (20/1).
Pegawai memprotes Satryo Soemantri yang diduga memberhentikan salah seorang pegawai secara sepihak dan mendadak.
Pranata Humas Ahli Muda & Pj. Rumah Tangga Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Neni Herlina bercerita apa yang dialaminya berawal dari pergantian meja kerja menteri. Menurutnya, Satryo tidak terima dengan meja kerja yang ada.
Selain itu, para dosen ASN Kemendiktisaintek ramai-ramai protes lantaran tak pernah mendapatkan tukin sejak 2020. Protes ini diinisiasi oleh Aliansi Dosen ASN Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (ADAKSI).
Mereka telah menggelar aksi dengan mengirimkan karangan bunga ke Kantor Kemendiktisaintek, Jakarta pada Senin (6/1) lalu.
Para dosen tersebut juga berencana kembali menggelar aksi besar-besaran menuntut tukin dosen ASN yang tak diberikan sejak 2020.
Sebelum aksi di Jakarta Februari nanti, ADAKSI juga akan menggelar demonstrasi di daerah-daerah di Indonesia pada akhir Januari. Ia menjelaskan kini ADAKSI telah berdiri dan tersebar luas di seluruh provinsi di Indonesia.
#
(Muhammad Nuzul Ramadhan-Redaksi)