Pemerintah berencana melaksanakan program screening/cek kesehatan mental gratis bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebelumnya, memang pemerintah sudah menerapkan program cek kesehatan gratis. tidak hanya itu, pemerintah juga concern terhadap kesehatan mental.
Salah satu Psikolog, Novita Tandry, mengatakan di Indonesia, seorang Psikolog hanya berjumlah sekitar 3000an. Melihat sumber daya manusia di Indonesia yang sangat banyak, hal ini tentu menjadi tantangan dalam pelaksanaan program cek kesehatan mental dari pemerintah ini.
Novita juga bercerita Psikologi dulunya dipandang sebelah mata. Banyak orang tua yang meragukan ketika anaknya masuk fakultas Psikologi.
“Masuk psikologi mau kerja apa? Ngapain ngurusin masalah orang? Kamu nanti stress sendiri” ujar Novita.
Terkait masalah ini, Novita menganggap dukungan dan edukasi pemerintah sangat dibutuhkan kepada orang tua untuk menyadari bahwa tantangan dan kebutuhan psikolog di indonesia sangat tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu, jurusan psikolog semakin meluas tidak seperti dulu. Tingginya kebutuhan seorang psikolog di era sekarang menjadikan psikolog suatu profesi yang luar biasa. Hampir semua kampus-kampus besar saat ini yang sudah mempunyai fakultas psikolog.
menurut Novita, wacana ini (program cek kesehatan mental) merupakan wacana yang baik. Namun, harus dibarengi dengan edukasi yang membahas kesedaraan orang untuk terbiasa dan menormalisasi meminta bantuan psikologis atau datang ke orang yang profesional di bidangnya (psikolog).
Bagi Novita, kita sebagai orang tua yang mungkin tidak mempunyai ilmu parenting yang cukup, biasanya berawal siklus alami yang di lalui manusia yang pada awalnya menjadi seorang suami, istri, dan pada akhirnya menjadi ayah, ibu, tidak mempunyai bekal yang cukup bagaimana memahami seorang manusia yang dilahirkan di keluarga mereka. Kalau tidak punya ilmu parenting tersebut, mintalah bantuan ke orang yang profesional di bidangnya (psikolog). Sama halnya ketika manusia sakit, kita tidak bisa mengobatin sendiri. Kita biasanya ke dokter, dilakukan screening, mungkin melakukan pemeriksaan lab jika perlu, baru ketauan penyakitnya apa. Begitu juga dengan kesehatan mental, butuh screening, dan juga serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apa masalahnya, apakah ada gangguan kesehatan mental.
Biasanya, awareness tentang kesehatan mengal ini tidak sebaik kesehatan fisik. Membutuhkan waktu belasan bahkan puluhan tahun untuk memperbaiki kesadaran tersebut. Namun, menurut Novita, dengan adanya internet, pemahaman ini menjadi lebih baik, khususnya di awal pandemi.
Namun, jaman sekarang, banyak orang yang suka mendiagnosa diri sendiri. Apalagi dengan kehadirannya Ai, membuat masyarakat menggunakannya untuk mencari informasi apakah dirinya ada gangguan mental atau tidak, yang pada akhirnya menjadi seperti psikolog otodidak, lalu berakhir mendiagnosa diri sendiri. Dari pada mendiagnosa diri sendiri, lebih baik langsung ke yang profesional di bidangnya, lanjut Novita.
Pada program pengecekan kesehatan mental gratis ini, pemerintah menyiapkan 10.000 puskesmas, 15.000 klinik yang tersebar di seluruh Indonesia. Kabarnya program ini menjadi program terbesar yang pernah dilakukan pemerintah, bahkan melebihi program penyebaran vaksin Covid-19.
Menurut Novita, program ini sangat butuh sumber daya profesional yang benar-benar mempunyai dengan pengalaman. Psikolog mau tidak mau harus mempunyai bekal selain pendidikan, yaitu punya bekal pengalaman.
Buat Novita, program ini dibarengi dengan siapa yang di dalam untuk melayani para klien ini, karena klo tidak dibarengi dengan profesional yang memumpuni, apalagi di Indonesia hanya ada 3000an psikolog klinis. Jadi, harus ada wacana lain untuk mengisi orang2 yg tepat, di tempat yang banyak. jangan sampe mubazir.
“kan sayang ketika pemerintah sudah mengeluarkan dana yang besar, tapi hasilnya tidak maksimal atau tidak sesuai dengan uang yg keluar” ujar Novita.
Kesimpulannya, untuk menjalankan program ini, Novita berpesan kepada pemerintah untuk menyiapkan sdm professionalnya agar dapat menghandle 270 juta rakyat Indonesia, dan juga harus dibarengin dengan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental. selain itu, Novita juga berharap kerahasiaan yang ada di dalam dengan orang yg datang (masalah yang diceritakan), bisa dijaga dengan baik.