National

Bonus Demografi: Peluang Besar atau Ancaman Masa Depan?

Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menjadi sorotan setelah mengunggah video yang membahas bonus demografi. Dalam video tersebut, Gibran menyampaikan bahwa bonus demografi merupakan peluang besar, sekaligus jawaban masa depan bagi Indonesia. Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, mengatakan bahwa isu bonus demografi bukanlah hal baru. Topik ini telah diperbincangkan sejak sekitar lima tahun lalu, terutama terkait tahun 2030–2045 yang diperkirakan akan menjadi masa dimana proporsi penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non produktif. Hal ini seharusnya menjadi momentum bagi negara untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dari kelompok usia produktif tersebut.

Huda menilai bahwa selama ini wacana bonus demografi hanya menjadi bahan pembicaraan tanpa ada tindakan nyata. Jika terus dibiarkan, kondisi ini justru dapat berubah menjadi bencana. Gibran dalam videonya juga menekankan pemuda harus bisa bersaing dan siap dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI). Saat ini, kondisi faktual pemuda Indonesia masih memprihatinkan. Tingkat pengangguran terbuka pemuda mencapai lebih dari 14%, jauh di atas rata-rata pengangguran nasional yang berada di kisaran 4–5%. Banyak pemuda juga berada dalam kondisi yang dikenal sebagai NEET (Not in Education, Employment, or Training), dengan jumlah yang sempat mencapai 9,9 juta orang beberapa tahun lalu. Mayoritas pemuda Indonesia juga bekerja di sektor informal dibandingkan sektor formal.

Di sisi lain, human capital index dan global innovation index Indonesia masih tergolong rendah. Menurut Huda, salah satu faktor utama penyebabnya adalah ketimpangan akses pendidikan. Akses menuju jenjang pendidikan menengah atas masih menjadi tantangan, terutama karena faktor jarak dan sekolah SMA masih belum merata. Banyak masyarakat yang harus menempuh perjalanan jauh, bahkan harus menyebrangi lintas kabupaten. Tidak hanya itu, biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi hambatan, bahkan bagi mahasiswa dari kalangan menengah yang kerap terjebak antara tidak mampu membayar biaya kuliah, namun tidak juga mendapat bantuan beasiswa. Huda menekankan bahwa perbaikan sistem pendidikan harus menjadi perhatian serius pemerintah. Mulai dari aspek biaya hingga upaya meningkatkan sinergi antara dunia pendidikan dan industri, semuanya harus menjadi bagian dari strategi untuk memastikan bonus demografi benar-benar menjadi jawaban, bukan bencana.

Andhika Rakatama – Redaksi

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...