Pada Kamis lalu (8/05/2025), umat Katolik di seluruh dunia menyaksikan momen penting dalam sejarah Gereja, yaitu terpilihnya Paus baru melalui prosesi konklaf yang berlangsung dengan cepat. Pemilihan ini disebut-sebut sebagai salah satu yang tercepat dalam sejarah. Katekis sekaligus Pegiat Liturgi dan Tradisi Katolik, Tomy Agusta menjelaskan bahwa proses konklaf tahun ini tergolong singkat jika dibandingkan dengan sejarah pemilihan paus di masa lalu. Tomy menyebutkan bahwa pernah ada konklaf yang berlangsung hampir tiga tahun di abad ke-13, yang terjadi karena kondisi gereja saat itu berada dalam masa kegelapan dan penuh konflik kepentingan. Situasi saat ini sangat berbeda, karena para kardinal lebih mudah mencapai kesepakatan bersama.
Tomy juga menjelaskan teknis pemilihan paus. Setiap hari biasanya dilakukan dua putaran pemungutan suara, yaitu siang dan malam. Para kardinal menuliskan nama calon paus pilihan mereka di secarik kertas, lalu dikumpulkan dan dihitung. Jika belum ada nama yang mencapai dua pertiga dari suara kardinal elektoral, yang tahun ini berjumlah 133 orang, maka proses akan terus diulang. Bila proses mengalami kebuntuan, para kardinal diberi waktu sehari untuk berdoa dan bermeditasi sebelum konklaf dilanjutkan kembali. Salah satu hal menarik dari proses ini adalah penggunaan asap hitam dan putih sebagai tanda apakah paus sudah terpilih. Tomy menjelaskan bahwa hal ini merupakan cara komunikasi visual yang cepat, karena selama konklaf tidak ada hubungan komunikasi dengan pihak luar.
Setelah terpilih, kardinal yang dipilih akan ditanya apakah ia menerima tugas tersebut. Jika menerima, ia juga akan diminta untuk memilih nama kepausan. Nama ini mencerminkan visi dan arah kepemimpinan yang akan dijalankan. Paus yang baru saja terpilih memilih nama Leo XIV. Tomy mengaitkannya dengan Paus Leo XIII, yang dikenal sebagai tokoh tradisionalis namun terbuka terhadap perubahan. Menurut Tomy, Paus Leo XIII mampu menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi.
Diketahui, paus baru ini berasal dari Amerika dan memiliki latar belakang sebagai sosok yang aktif di lapangan, serta memiliki kedekatan dengan Paus Fransiskus. Menurut Tomy, Paus Leo XIV ini diharapkan bisa memenuhi keinginan para kardinal untuk menghadirkan pemimpin yang memahami apa yang terjadi di dunia saat ini. Tomy berharap agar Paus Leo XIV dapat melanjutkan langkah-langkah positif yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus, serta membawa pembaruan yang lebih baik bagi Gereja dan umatnya di seluruh dunia.
Andhika Rakatama – Redaksi