Mantan Wakil Menteri Luar Negeri sekaligus diplomat senior, Dino Patti Djalal, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Presiden RI Prabowo Subianto atas pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia memberikan “dua jempol” untuk Prabowo.
Dino mengatakan, kehadiran langsung Presiden Prabowo di sidang umum tersebut secara tidak langsung kembali menegaskan peran Indonesia dalam diplomasi multilateral.
Pesan penting dari pidato Presiden Prabowo adalah Indonesia is back in multilateral diplomacy. Selama 11 tahun terakhir, sejak Presiden Joko Widodo tidak pernah hadir secara fisik di Sidang Majelis Umum PBB, ada persepsi bahwa Indonesia menjauh dari diplomasi multilateral. Pidato hari ini menghapus persepsi itu. Hal itu diungkapkan Dino dalam video yang dia unggah di akun Instagram pribadinya @dinopattidjalal.
Dino menilai Prabowo menunjukkan sikap kenegarawanan yang luar biasa karena menekankan pentingnya persatuan dan perdamaian dunia. Pidato Prabowo, juga memberikan kontras tajam dengan pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam forum yang sama.
“Presiden Prabowo tidak berbicara soal Indonesia first, melainkan internasionalisme, persatuan umat manusia, dan perdamaian dunia. Itu mencerminkan kedewasaan berpikir dan sikap kenegarawanan yang kuat,” tuturnya.
Prabowo juga menyoroti sejumlah poin penting, di antaranya dukungan Indonesia terhadap PBB dalam menjaga perdamaian, komitmen mengatasi krisis iklim, serta target net zero emissions 2060 atau lebih cepat dengan mengedepankan energi terbarukan. Ia menegaskan pentingnya sustainable development goals, mengingat saat ini banyak negara besar lebih fokus pada rivalitas strategis ketimbang pembangunan berkelanjutan.
Isu Palestina–Israel pun menjadi perhatian. Dino menilai usulan solusi dua negara yang disampaikan Prabowo selaras dengan sikap mayoritas dunia dan negara-negara Arab. Pidato Prabowo juga menyinggung kerukunan antarumat beragama, ia menekankan pentingnya semua pemeluk agama menjaga persatuan dalam menghadapi tantangan global. Bagi Dino, pidato tersebut termasuk salah satu yang spesial dalam sejarah diplomasi Indonesia.
Fito Wahyu Mahendra – Redaksi

