Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo menegaskan komitmen Indonesia untuk mengubah tantangan iklim menjadi peluang pembangunan hijau dan investasi berkelanjutan. Dengan lebih dari 285 juta penduduk yang hidup di wilayah sangat rentan, Indonesia menghadapi ancaman nyata berupa kenaikan permukaan laut, hujan ekstrem, dan kebakaran hutan.
Perubahan iklim bagi Indonesia bukan ancaman masa depan, melainkan kenyataan sehari-hari, dan kepemimpinan berarti berani menghadapinya secara langsung. Indonesia menargetkan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat, dengan strategi ekonomi hijau yang mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, sekaligus menurunkan emisi.
Hashim mengatakan, transisi energi dijalankan secara bertahap, adil, dan terukur, termasuk dalam mengurangi penggunaan batu bara. Melalui Just Energy Transition Partnership (JETP), Indonesia menggalang dukungan pembiayaan internasional untuk mempercepat energi terbarukan dan memperkuat jaringan listrik nasional.
Sejalan dengan itu, menurutnya Indonesia memanfaatkan kekayaan alamnya sebagai kekuatan. Pemerintah menyiapkan program reforestasi seluas 12 juta hektare dengan pola multi-spesies, termasuk pohon buah, untuk memulihkan keanekaragaman hayati dan habitat satwa.
Hashim menegaskan, inisiatif konkret lainnya meliputi program elektrifikasi 103 gigawatt dengan 75 persen berbasis energi terbarukan, penyusunan regulasi untuk mendukung pasar karbon sukarela, pengembangan carbon capture, utilisation, and storage(CCUS), serta solusi karbon biru di antaranya melalui ekosistem rumput laut.
Fito Wahyu Mahendra – Redaksi

