Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bergerak cepat menindaklanjuti hasil penelitian BRIN yang menemukan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Ibu Kota.
Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan temuan ini harus dijadikan momentum untuk memperkuat riset, pengawasan sumber pencemar, dan edukasi publik, alih-alih disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. DLH telah berkoordinasi untuk memperdalam kajian ilmiah dan memperkuat pengawasan lapangan, menyusul pemantauan mikroplastik di Teluk Jakarta dan sungai sejak tahun 2022.
Fenomena mikroplastik ini dijelaskan oleh Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova, yang menuturkan bahwa partikel plastik ringan dapat berpindah melalui udara dan ikut turun bersama hujan, terutama di wilayah perkotaan padat. Hal ini bersifat lintas wilayah dan memerlukan kerja sama lintas sektor dari hulu ke hilir.
Sementara itu, BPBD DKI, melalui Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Rian Sarsono, menilai hasil riset ini sebagai bagian dari sistem peringatan dini untuk memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi. BPBD juga gencar melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) bersama BMKG dan BRIN untuk mengatur curah hujan, mencegah cuaca ekstrem, sekaligus menurunkan partikel berbahaya di udara.
Dari sisi kesehatan, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan P2P Dinkes DKI, dr. Rahmat Aji Pramono, menjelaskan bahwa paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat memengaruhi sistem pernapasan dan pencernaan, bahkan dapat menimbulkan peradangan dan meningkatkan risiko gangguan jantung atau stroke. Dinkes DKI mengimbau masyarakat untuk rajin membersihkan debu di rumah, sebab penelitian menunjukkan mikroplastik banyak ditemukan di sana. Pemprov DKI berkomitmen memperkuat kolaborasi dengan BRIN dan lembaga lainnya, serta memperluas kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Selain mikroplastik, DLH juga merespons kekhawatiran masyarakat terhadap fenomena panas ekstrem. Berdasarkan BMKG, kondisi suhu panas ini merupakan kombinasi dampak perubahan iklim global dan pengaruh lokal seperti kepadatan aktivitas perkotaan.
Asep Kuswanto menegaskan, Pemprov DKI tengah mempercepat langkah adaptasi dan mitigasi iklim melalui perluasan ruang terbuka hijau dan pengendalian emisi. Ia menutup, fenomena lingkungan ini menjadi pengingat bahwa perubahan perilaku kolektif dan kebijakan berkelanjutan merupakan keharusan bagi Jakarta untuk menjadi kota yang tangguh dan berani berinovasi.
Zahra Rahmanda Oktafiani – Redaksi

