Presiden RI, Prabowo Subianto, meresmikan pabrik petrokimia milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten, pada Kamis (6/11/2025). Peresmian ini menandai tuntasnya pembangunan dan investasi megaproyek yang sempat mangkrak setidaknya selama enam tahun. Pabrik yang berlokasi di Cilegon ini memiliki nilai investasi mencapai sekitar Rp 63-65 triliun dan disebut sebagai salah satu investasi petrokimia dunia terbesar di Asia Tenggara.
Penyelesaian proyek strategis nasional ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku kimia. Pabrik ini akan memproduksi berbagai bahan baku esensial yang selama ini diimpor Indonesia.
Saat peresmian, Presiden Prabowo Subianto menyatakan peresmian pabrik Lotte Chemical Indonesia tersebut merupakan wujud dari kepercayaan bangsa lain kepada Indonesia, yang memungkinkan pembangunan besar-besaran dapat terlaksana. Presiden menekankan bahwa pembangunan ini pada akhirnya akan menyejahterakan rakyat di sekitar lokasi pabrik.
“Contoh hari ini Lotte, mungkin salah satu terbesar di dunia, mungkin, asetnya 100 miliar dollar dan mereka investasi di kita Rp 65 triliun,” ujar Presiden Prabowo, sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari petrokimia terintegrasi di Cilegon, Banten, yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Bahlil menyebut investasi proyek ini telah meningkat dari 3,9 miliar menjadi 4 miliar dollar AS.
“Kalau dikurskan sekarang sudah mencapai kurang lebih sekitar Rp 63-64 triliun. Dan menjadikan salah satu investasi petro dunia terbesar di Asia Tenggara.” tambah Bahlil.
Sebagai informasi, pabrik petrokimia di Cilegon sempat mengalami kemangkrakan pada 2016. Proyek ini kemudian memulai kembali pembangunan konstruksi sejak awal 2022 dan dijadwalkan rampung pada 2025. Produk yang dihasilkan PT Lotte Chemical Indonesia ditargetkan menjadi substitusi atau pengganti dari sejumlah bahan kimia yang selama ini diimpor. Nantinya, substitusi produk kimia impor ini bisa mencapai 70 persen, sementara 30 persen sisanya akan diekspor ke luar negeri.
Produk utama yang akan dihasilkan antara lain polyethylene (bahan baku plastik), polypropylene (bahan baku karet sintetis), butadiene (campuran karet sintesis), dan benzene toluene xylene (campuran bensin dan bahan baku plastik). Produk-produk tersebut direncanakan akan dipasarkan sebagai bahan baku vital untuk industri seperti botol, kabel listrik, bumper otomotif, peralatan medis, ban, cat, dan pengusir serangga.
Khofifah Alawiyah – Redaksi

