Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan penanganan pengungsi akibat banjir dan longsor di tiga provinsi—Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat—terus berlangsung secara intensif. Berdasarkan laporan resmi per Jumat kemarin, total lebih dari 849 ribu jiwa pengungsi telah terdata dan kini menjadi fokus utama upaya tanggap darurat.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa penanganan tidak hanya terpusat di kota atau pos induk, tetapi sudah diarahkan langsung ke kantong-kantong pengungsian masyarakat. Ada 12 pengiriman dari Silangit ke Langkat, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah dengan titik drop langsung ke kantong-kantong pengungsian masyarakat.
Abdul Muhari menyatakan, seiring membaiknya cuaca sejumlah akses jalan di Sumatera Utara dan Aceh menunjukkan perkembangan signifikan. Di Sumatera Utara, dari 37 titik longsor di ruas Tarutung–Sipirok sepanjang 68,61 km, sebanyak 28 titik telah berhasil ditangani.
Pada ruas Sibolga–Batangtoru–Padang Sidempuan, sebagian besar titik longsor dan banjir juga sudah dibersihkan. Ruas lain seperti Geumpang–Pameu dan Sigli–Tangse–Geumpang–Pameu juga dapat dilewati kendaraan roda empat, meski masyarakat diminta tetap waspada terhadap sisa material longsor.
Dalam mempercepat penanganan darurat, BNPB memaksimalkan distribusi logistik menggunakan tiga moda: darat, laut, dan udara. Moda udara menjadi opsi utama untuk daerah yang masih terisolasi. Untuk mendukung percepatan pembukaan akses dan distribusi bantuan, operasi modifikasi cuaca (OMC) terus diperpanjang oleh BNPB bersama BMKG dan TNI AU. Operasi ini sudah berlangsung sejak 27–28 November dengan puluhan sorti pesawat dan puluhan ton bahan semai.
Saat ini masih terdapat 9 titik longsor di Sumatera Utara dan sejumlah ruas jalan di Aceh yang terus dibersihkan. BNPB menargetkan pembukaan akses bisa dipercepat dalam 1–2 hari ke depan, tergantung kondisi cuaca.
Fito Wahyu Mahendra – Redaksi

