World

Deretan Pejabat Dunia yang Mundur Usai Gagal Tangani Bencana

Peristiwa bencana kerap menjadi ujian paling nyata bagi kepemimpinan sebuah negara. Ketika penanganan dinilai lamban atau gagal, sorotan publik sering kali berujung pada tuntutan tanggung jawab politik, termasuk pengunduran diri pejabat negara. Sejumlah pemimpin dunia tercatat mundur dari jabatannya setelah dinilai tak mampu menangani bencana besar di negaranya.

Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, menjadi salah satu contohnya. Ia mengundurkan diri menyusul gempa bumi dan tsunami dahsyat yang melanda Jepang pada 2011 dan memicu krisis nuklir Fukushima. Meski sebelumnya Kan berencana mundur setelah pengesahan tiga rancangan undang-undang energi terbarukan, popularitasnya kian merosot pascabencana tersebut.

Pada 2 Juni 2011, Naoto bahkan menghadapi mosi tidak percaya di parlemen Jepang. Tekanan politik kian kuat seiring beratnya tugas rekonstruksi nasional—yang disebut sebagai yang terbesar sejak Perang Dunia II—serta upaya mengendalikan kebocoran radiasi nuklir di Fukushima. Dalam situasi tersebut, Kan akhirnya memilih mundur dari jabatannya.

“Di bawah situasi yang keras, saya merasakan sudah melakukan semua hal yang harus saya lakukan,” ujar Naoto Kan kala itu.

Kasus serupa terjadi di Latvia. Perdana Menteri Valdis Dombrovskis mengundurkan diri pada November 2013 setelah insiden runtuhnya atap supermarket Maxima yang menewaskan 54 orang. Tragedi tersebut memicu kemarahan publik dan tekanan politik terhadap pemerintah.

“Mempertimbangkan tragedi yang terjadi dan semua hal terkait, sebuah pemerintahan baru dibutuhkan, tentu dengan dukungan besar dari parlemen,” kata Dombrovskis dengan suara bergetar, seperti dilaporkan AFP pada Kamis (28/11/2013). Ia menegaskan telah mengajukan pengunduran diri dari jabatan perdana menteri.

Bencana juga mengguncang Yordania pada 2018, ketika banjir bandang melanda wilayah sekitar Laut Mati dan merenggut 21 nyawa, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak sekolah. Tragedi tersebut memicu gelombang kritik terhadap pemerintah.

Dua menteri Yordania, yakni Menteri Pariwisata Lina Annab dan Menteri Pendidikan Azmi Mahafzah, dituding gagal mengantisipasi dan menangani kondisi darurat. Di tengah tekanan publik yang kuat, keduanya akhirnya mengundurkan diri.

Pengunduran diri tersebut diterima oleh Raja Yordania Abdullah II. Dalam pernyataannya di media sosial, Lina Annab menyebut keputusan itu diambil di tengah situasi politik dan cuaca yang sulit serta duka mendalam yang dirasakan negaranya, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Akbari Danico – Redaksi

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...