Foto: (ANTARA FOTO/Joni Saputra)
Selasa (14/11), sebuah kapal yang membawa lebih dari 200 pengungsi Rohingya terdampar di Pantai Kulee, Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh. Informasi yang diterima menyebutkan bahwa di antara pengungsi tersebut terdapat 67 orang laki-laki, 67 perempuan, dan 60 anak-anak. Sayangnya, enam di antaranya berhasil melarikan diri ke pegunungan setelah kapal bersandar.
Menanggapi kejadian ini, Kapolsek Muara Tiga, Ipda Efendi, mengonfirmasi bahwa semua pengungsi Rohingya tersebut telah dievakuasi ke tempat penampungan sementara di Yayasan Mina Raya, Desa Leun Tanjong, Kecamatan Padang Tijie. Total awalnya ada 200 orang pengungsi, namun enam di antaranya berhasil kabur.
Dalam hasil interogasi, diketahui bahwa kapal yang digunakan oleh pengungsi Rohingya didanai melalui patungan sesama mereka dan diserahkan kepada agen agar mereka dapat berlayar. Kapal ini diduga sebagai hasil kerjasama internasional yang terorganisir.
“Saat ini, enam orang yang melarikan diri diduga sebagai ABK kapal dan masih dalam pengejaran petugas gabungan,” kata Ipda Efendi.
BACA JUGA: UNHCR: Sebanyak 1,6 Juta Pengungsi Telah Dibantu Pada 2022
Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek, menambahkan bahwa pengungsi Rohingya ini mendarat di Pantai Kulee, Pidie, sekitar pukul 11.00 WIB. Saat turun dari kapal, sejumlah pengungsi, khususnya laki-laki, melarikan diri. Hal ini memunculkan dugaan bahwa enam orang yang melarikan diri mungkin memiliki peran sebagai ABK yang menentukan koordinat untuk pendaratan di Aceh.
“Pihak berwenang, termasuk petugas gabungan, sedang melakukan pengejaran terhadap keenam orang tersebut,” ujar Miftach.
Kejadian ini menambah catatan panjang kisah pengungsi Rohingya yang berusaha mencari perlindungan dan kehidupan baru. Penanganan yang cermat dan koordinasi antarinstansi menjadi kunci dalam menangani situasi ini, sambil tetap memperhatikan hak asasi manusia dan keamanan wilayah setempat. (*/)
(RRY)