Dalam Prime Time bersama Indy Rahmawati dan Arlingga Panega kali ini kehadiran peneliti utama BRIN, Profesor Dr. Siti Zuhro, berbagi pandangannya terkait situasi politik dan pemilu 2024. Dalam kesempatan ini, mereka membahas dampak pernyataan Presiden Jokowi mengenai keterlibatan presiden dalam kampanye, serta aspek keilmuan yang mendasari tata negara.
Tentang Keilmuan dan Pengalaman Panjang
Prof. Siti Zuhro memaparkan latar belakang keilmuannya yang telah berlangsung selama 37 tahun. Dengan fokus pada politik dalam negeri, politik lokal, birokrasi, desentralisasi, otonomi daerah, dan pemilu, beliau menjelaskan bahwa sebagai ilmuwan politik, senantiasa belajar dari primary resources dan melakukan penelitian.
Dalam pandangan beliau, perkembangan negara Indonesia selama 78 tahun merdeka menunjukkan sebuah proses yang tidak mudah. Meskipun usianya 80 tahun, Prof. Siti Zuhro berpendapat bahwa untuk sebuah negara, perjalanan menuju kedewasaan tidak selalu mudah. Dengan bijak, beliau menekankan pentingnya memegang teguh nilai-nilai Pancasila, konstitusi, dan prinsip-prinsip dasar negara.
“Untuk maju, pegangan kita harus kokoh pada empat konsensus dasar kita: Pancasila, konstitusi, Undang-undang Dasar NRI, dan persatuan dalam bhinneka,” ungkap Prof. Siti Zuhro.
Tantangan dalam Sistem Demokrasi dan Pemilu
Pembicaraan kemudian beralih pada pernyataan Presiden Jokowi mengenai keterlibatan presiden dalam kampanye. Prof. Siti Zuhro menyampaikan kekhawatirannya terkait aspek etika dan nilai dalam politik. Beliau menyoroti pentingnya menjaga profesionalitas birokrasi dan mencegah intervensi politik yang dapat merusak tatanan demokrasi.
Dalam konteks pemilu 2024, Prof. Siti Zuhro menekankan perlunya undang-undang etika pemerintahan yang masih dalam tahap rancangan segera diselesaikan. Beliau mencermati bahwa kehadiran undang-undang tersebut sangat penting untuk mencegah praktik-praktik yang dapat merusak moral dan etika politik.
Pentingnya Literasi Pemilih dan Tanggung Jawab Media
Prof. Siti Zuhro menggarisbawahi pentingnya literasi pemilih dalam merespons tatanan politik yang sedang berkembang. Dengan pemahaman yang baik, pemilih dapat menjadi agen perubahan untuk menjaga integritas pemilu. Beliau memberikan apresiasi terhadap upaya literasi yang dilakukan oleh host radio, menggambarkan literasi sebagai instrumen utama dalam pembangunan masyarakat yang cerdas dan kritis.
“Sebagai peneliti, kita memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi pengetahuan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat. Literasi pemilih dan peran media dalam memberikan informasi yang seimbang sangat penting untuk menjaga kualitas demokrasi,” tutur Prof. Siti Zuhro.
Akhir Pembicaraan dengan Harapan dan Kritik
Sebagai penutup, Prof. Siti Zuhro menyampaikan harapannya agar pemilu 2024 menjadi momentum bagi perubahan positif. Beliau mendorong agar pemilu dilaksanakan dengan kepastian hukum, integritas, dan etika yang tinggi. Meskipun keresahan terasa dalam perkataannya, beliau tetap berharap bahwa masyarakat dan pemilih memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam untuk menjaga arah positif pembangunan demokrasi Indonesia.
“Kita perlu menciptakan pemilu yang naik kelas, berkualitas, dan tidak hanya demokrasi prosedural, tetapi juga memiliki esensi demokrasi yang sejati,” tambah Prof. Siti Zuhro.
Hadirnya Prof Siti tentunya memberikan insight penting untuk masyarakat Indonesia dalam kontestasi pilpres 2024. (*/)
(RRY)