Isu mengenai korupsi di internal KPK kini menjadi isu hangat yang tengah dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Prime Time bersama Arlingga Panega dan Indy Rahmawati kali ini kedatangan Yudi Purnomo selaku eks penyidik KPK hadir untuk mengungkap beberapa kode rahasia terkait skandal korupsi yang melibatkan sejumlah pegawai KPK. Dalam percakapan tersebut, mereka menggunakan kode-kode yang mengacu pada situasi dan tokoh-tokoh terkait kasus korupsi yang tengah bergulir di KPK.
Salah satu kode yang digunakan adalah “takjil” yang mengacu pada bulan puasa, sebagai referensi untuk menyembunyikan pembicaraan tentang skandal tersebut. Mereka juga menggunakan kode seperti “Apple Washington” untuk menyebut mata uang dolar AS, dan “Apple lokal” untuk menyebut mata uang rupiah Indonesia.
Yudi Pramono pun membahas tentang kompleksitas kasus korupsi yang melibatkan hampir 100 pegawai KPK dan nilai uang yang terlibat mencapai miliaran rupiah. Mereka menyoroti bahwa kasus ini tidak hanya melibatkan pegawai bawahan, tetapi juga koordinator dan pejabat KPK lainnya.
Kritik juga ditujukan kepada sistem pengawasan internal KPK yang dianggap gagal dalam mencegah korupsi di dalam lembaga tersebut. Meskipun KPK seharusnya menjadi contoh dalam pemberantasan korupsi, namun kasus ini justru menunjukkan kelemahan dalam sistem anti-korupsi yang seharusnya mereka junjung tinggi.
Kemudian, Yudi pun menyoroti tentang keberanian para pelaku korupsi dalam melanggar etika dan memanfaatkan posisi mereka di dalam KPK. Mereka membahas bagaimana kasus ini mengungkap kelemahan dalam sistem “Mr. Blower” yang seharusnya digunakan untuk melaporkan tindakan korupsi di dalam lembaga tersebut.
BACA JUGA: KPK Diuji Kasus Pungli: Yudi Purnomo Harahap Menyuarakan Keprihatinan
Selain itu, percakapan tersebut juga menyoroti perlunya tindakan tegas dari KPK, termasuk pemecatan terhadap semua pegawai yang terlibat dalam skandal ini. Mereka juga mengkritik sikap KPK yang terlalu lunak dalam menangani kasus ini, yang seharusnya diikuti dengan tindakan tegas dan bertanggung jawab penuh.
Yudi Purnomo juga menyoroti bahwa skandal ini bisa saja hanya “gelombang pertama”, dan bahwa masih mungkin ada gelombang berikutnya yang melibatkan orang lain di dalam KPK. Dia menekankan pentingnya KPK untuk menelusuri aliran dana dan memastikan kasus ini dituntaskan dengan tuntas, tanpa adanya intervensi atau perlindungan terhadap pelaku korupsi.
Prime Time kali ini pun juga menyinggung tentang tanggung jawab KPK untuk membuka informasi tentang siapa saja yang menerima uang korupsi tersebut, serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah terulangnya kasus korupsi di masa depan.
Dengan demikan, skandal ini bukan hanya merupakan kasus korupsi biasa, tetapi juga menggambarkan kegagalan sistem pengawasan dan integritas di dalam KPK. Mereka berharap bahwa KPK akan mengambil tindakan tegas dan bertanggung jawab penuh dalam menangani kasus ini, serta memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. (*/)
(RRY)