Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) resmi menyandang gelar doktor di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan predikat cumlaude dari Universitas Airlangga (Unair). Sidang terbuka pada 7 Oktober 2024 yang diadakan secara hybrid, dipimpin oleh Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak, menjadi puncak pencapaian akademis AHY. Selain dihadiri keluarga besar, Presiden ke-6 RI Prof Dr Susilo Bambang Yudhoyono juga turut menyaksikan sidang tersebut.
Kepala Badan Komunikasi Strategis/Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, ternyata merupakan teman sekelas AHY di program studi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Airlangga. Di antaranya ada Wasekjen DPP Demokrat, Agust Jovan, dan Deputi BPOKK DPP Demokrat, Si Made Rai. Ada pula Sekjen Ikatan Alumni Unair, Indra Nur Fauzi, dan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. Ada pendeta dari Papua, beberapa dosen, dan ada pula yang kerja di migas. Ada yang berasal dari Palembang, Samarinda, Bali, bahkan Papua, jelas Herzaky.
Di balik kesuksesan akademik AHY, ada kisah menarik dari teman-teman sekelasnya, yang mengenang momen-momen saat bersama AHY di program Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Unair. Herzaky menyoroti kedisiplinan AHY yang luar biasa meskipun memiliki banyak tanggung jawab sebagai menteri. Hal ini, menurut Herzaky, menunjukkan bahwa AHY tidak hanya fokus pada tugas-tugas kenegaraan, tapi juga teliti dalam setiap detail, termasuk hal-hal kecil dalam perkuliahan.
Selain disiplin, AHY juga aktif dalam diskusi kelas. Herzaky menjelaskan, hampir tiap perkuliahan, saat masih bingung-bingung dan mencerna materi yang baru disampaikan dosen, para profesor dan doktor senior di Unair, AHY selalu hampir jadi yang pertama dalam merespon dan memberikan tanggapan atas materi kuliah dosen. Setelah itu, diskusi pun mengalir. Teman-teman sekelas lain jadi terpancing menyampaikan pemikirannya. Jadi beliau ini selalu aktif mengajukan pertanyaan kritis dan memberikan pandangan yang segar. Beliau bukan sekadar mendalami teori, tapi juga menghubungkannya dengan solusi nyata untuk tantangan Indonesia.
Selain Herzaky, seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Madura, Sukron Makmun juga berbagi pengalaman serupa. Ia dan teman-teman sekelas awalnya kaget saat pertama kali mengenal AHY. Sukron mengatakan, meskipun AHY ketum parpol besar, tokoh nasional, tapi ternyata cepat akrab dengan teman-teman sekelasnya.
Sukron juga menambahkan, saat AHY tidak bisa hadir dalam sebuah presentasi kelompok karena di waktu yang sama harus mendampingi ayahnya, Pak SBY, dalam perjalanan dinas, AHY tetap mengirimkan materi presentasi baik dalam bentuk slide maupun video untuk bagiannya.
Dalam disertasi berjudul Kepemimpinan Transformasional dan Orkestrasi Sumber Daya Manusia Menuju Indonesia Emas 2045, AHY menekankan pentingnya kepemimpinan yang adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan. Visi besar ini, menurut Herzaky, sering menjadi topik diskusi mereka selama perkuliahan.
Sidang terbuka yang dihadiri akademisi terkemuka, termasuk promotor Prof. Badri Munir Sukoco dan mantan Menteri Pendidikan RI, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA, menyatakan bahwa AHY pantas menerima gelar doktor karena kontribusinya dalam pengembangan teori kepemimpinan transformasional.
Herzaky menutup dengan refleksi pribadi dengan mengatakan, AHY adalah contoh pemimpin yang tidak hanya cerdas dan disiplin, tapi juga peduli pada lingkungan sekitar. Prestasi ini adalah inspirasi bagi kita semua.
(Redaksi)