Government National

Kementerian PUPR Luncurkan Peta Zona Iklim Bersama BMKG

Jakarta – Dalam rangka rangkaian kegiatan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2024 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meluncurkan Peta Zona Iklim untuk Pendinginan Pasif dan Data Iklim Standar dalam Proses Pembangunan Gedung Berkelanjutan. Peluncuran peta zona iklim telah dilakukan pada 1 Oktober 2024 lalu.

Peluncuran peta ini dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Mohamad Zainal Fatah, Deputi Bidang Infrastruktur Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG, Michael Andreas Purwoadi, Plt. Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Marjuki, Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan Ditjen Cipta Karya, Dian Irawati, Direktur JICA Indonesia, Takeda Sachiko dan perwakilan Hiroshima University, Tetsu Kubota.

Zainal Fatah mengatakan, peta zona iklim merupakan kolaborasi antara Kementerian PUPR, BMKG, Kagoshima University, dan Hiroshima University dengan dukungan dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Diharapkan peta ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi pengembangan infrastruktur nasional.

Peta zona iklim yang disusun ini merupakan updating dari peta yang selama ini dimiliki berdasarkan lebih dari 100 sensor yang dimiliki dan dioperasionalkan oleh BMKG. Peta ini berusaha merinci dari 4 zona menjadi 8 zona iklim baru peserta penilaian potensi pendinginan pasifnya, meliputi zona iklim 1A (ekuator), 1B (sub-ekuator), 2A (dataran tinggi tropis), 2B (dataran sangat tinggi tropis), 3A (monsunal), 3B (sub-monsunal), 4A (savana), dan 4B (sub-savana).

Fatah menambahkan sektor bangunan merupakan salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca, sekitar sepertiga dari total emisi. Namun, sektor ini juga memiliki potensi besar dalam penghematan energi dan pengurangan emisi.

Direktur BTPP, Dian Irawati mengatakan, melalui peta zona iklim ini akan membuat biaya green design lebih terjangkau. “Green design jadi tidak mahal karena ada teknologi pendinginan pasif. Dan bisa lihat arah matahari dari mana, arah angin dari mana sehingga ventilasi bisa efektif.

Deputi Bidang Infrastruktur Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG, Michael Andreas Purwoadi mengatakan, data iklim penting sebagai acuan dalam mendesain dan menilai kinerja bangunan.

Michael menyebut, Teknologi pendinginan pasif seperti ventilasi malam dan evaporative cooling dapat mencapai kenyamanan termal tanpa mengonsumsi banyak energi.

(Redaksi)

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...