Pada tanggal 11-12 Desember, para guru, pimpinan sekolah, dan pejabat dari Dinas Pendidikan dan Agama Sumatera Barat berkumpul di Padang untuk mengikuti lokakarya yang membahas Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) serta Edukasi Perubahan Iklim. Lokakarya ini diadakan sebagai bagian dari Program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia, dengan tujuan membekali pendidik di Provinsi Sumatera Barat dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan peduli terhadap isu lingkungan.
Konselor Hubungan Masyarakat, Kedutaan Besar Australia di Indonesia, Chloe Ashbolt mengatakan, Program BRIDGE bertujuan mempererat hubungan antara komunitas sekolah di Indonesia dan Australia, dimana para pendidik dari kedua negara belajar bersama untuk menjadikan sekolah mereka lebih inklusif dan peka terhadap perubahan iklim.
Acara ini mencakup diskusi panel yang menghadirkan para guru yang tergabung dalam Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia. Mereka berbagi pengalaman dan praktik terbaik mengenai implementasi GEDSI di sekolah. Cucu Saidah, Associate Consultant di CBM Global Disability Inclusion dan salah satu pembicara dalam lokakarya tersebut, mengungkapkan, “Pendidikan tentang perubahan iklim seringkali tidak mempertimbangkan kebutuhan penyandang disabilitas. Penting untuk memastikan bahwa kebutuhan mereka diperhatikan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.”
Program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia telah menjalin 253 kemitraan sekolah antara sekolah Indonesia dan Australia sejak tahun 2008. Program BRIDGE adalah program yang mendapatkan pendanaan dari Pemerintah Australia.
#
Fito Wahyu Mahendra – Redaksi