Metropolitan

Aksi Premanisme Berkedok Ormas

Aksi premanisme yang berkedok organisasi masyarakat (ormas) semakin meresahkan. Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menyebut bahwa dampaknya sangat luas, mulai dari investor yang enggan menanamkan modal karena situasi yang tidak kondusif, hingga meningkatnya angka kredit macet. Salah satu penyebabnya adalah karena debitur bermasalah seringkali mendapatkan perlindungan dari ormas-ormas tertentu. Salah satu kejadian terbaru yang menjadi sorotan adalah bentrokan antara aparat kepolisian dan anggota ormas GRIB Jaya, yang menyebabkan terjadinya pembakaran mobil dan penganiayaan. Insiden ini dipicu oleh upaya penangkapan ketua ormas tersebut oleh pihak kepolisian.

Agus melihat akar permasalahan ini terletak pada minimnya lapangan pekerjaan yang layak. Banyak dari pelaku premanisme adalah individu yang tidak memiliki penghasilan tetap dan memilih bergabung dengan ormas sebagai jalan pintas. Berbeda dengan kelompok-kelompok seperti Yakuza di luar negeri yang lebih terstruktur dan memiliki peran di bidang politik, industri, hingga bisnis. Sedangkan ormas di Indonesia cenderung tidak memiliki konsep yang jelas. Mereka seringkali dijalankan oleh individu yang mencari keuntungan pribadi dan tidak jarang mendapat dukungan dari politisi atau pejabat yang memiliki kepentingan. Premanisme berkedok ormas ini bahkan kerap melakukan pemerasan, dan aktivitas mereka kadang mendapat perlindungan dari tokoh-tokoh berpengaruh. Hal ini menjadi semacam rahasia umum, di mana kekuatan massa yang dimiliki ormas bisa dikoordinir untuk kepentingan tertentu, termasuk aksi demonstrasi.

Dalam pandangan Agus, negara harus turun tangan secara tegas untuk mengatur dan menertibkan ormas-ormas semacam ini. Ketika proses perizinan usaha saja banyak biaya atau pungutan dari ormas, investor akan berpikir dua kali untuk masuk. Negara harus memastikan bahwa organisasi masyarakat benar-benar terorganisir dengan baik. Menurut Agus, solusi untuk mengurangi aksi premanisme ini adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Jika masyarakat memiliki pekerjaan tetap dan produktif, mereka tidak akan memiliki waktu maupun alasan untuk terlibat dalam aktivitas premanisme. Memberikan kesibukan melalui pekerjaan bisa menjadi langkah efektif dalam mengurangi masalah ini secara perlahan.

Andhika Rakatama – Redaksi

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...