Pertemuan terbatas yang digelar Kepolisian Daerah (Polda) Papua bersama Tim Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) di Café Kopi Tiam, Jayapura, menandai upaya memperkuat komunikasi dan transparansi. Forum ini menghadirkan jajaran Polda Papua, Tim Kompolnas, serta perwakilan media yang menjadi jembatan penting antara aparat dan masyarakat. Suasana dialogis menjadi penegasan bahwa Polri tidak bisa berjalan sendiri, melainkan perlu dukungan dan pengawasan publik. Keterlibatan media pun mempertegas fungsi check and balance yang semakin relevan di Papua.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua, Kombes Pol Cahyo Sukarnito, menekankan pentingnya peran humas dalam membangun citra positif Polri. Menurutnya, keterbukaan informasi dan profesionalisme komunikasi adalah pilar kepercayaan publik. Ia juga menegaskan komitmen Polri untuk selalu terbuka terhadap evaluasi dan masukan dari Kompolnas. Pernyataan ini menunjukkan adanya ruang bagi kritik yang konstruktif agar institusi semakin dipercaya.
Sementara itu, Ketua Tim Kompolnas, Mochammad Choirul Anam, menyoroti bahwa wajah kepolisian di Papua harus lebih sipil, dialogis, dan humanis. Menurutnya, Papua membutuhkan pendekatan pelayanan masyarakat yang damai, bukan sekadar penegakan hukum berbasis kekuatan. Ia menekankan bahwa strategi dialog jauh lebih efektif daripada mengedepankan peralatan tempur. Dalam konteks ini, Polri ditantang menghadirkan rasa aman dengan mengutamakan hati dan nurani.
Kompolnas juga menyinggung masalah serius seperti praktik jual beli amunisi yang dinilai merusak keamanan dan menjadi pengkhianatan terhadap kemanusiaan. Lembaga itu menegaskan kasus semacam ini harus ditindak tegas demi stabilitas Papua. Polda Papua sendiri disebut cukup responsif dalam menangani laporan masyarakat dengan sejumlah kasus telah diproses. Harapannya, sinergi Polda dan Kompolnas bersama media dapat mengawal lahirnya Polri yang lebih transparan, humanis, dan dipercaya rakyat Papua.
Alexander Jason – Redaksi

