Sejumlah prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyatakan kesiapan mereka untuk diberangkatkan sebagai bagian dari misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke Gaza di tengah konflik yang masih berlangsung. Mereka menegaskan bahwa penugasan ini bukan operasi militer, melainkan misi kemanusiaan untuk melindungi warga sipil dan menciptakan masa damai.
Letda Laut Kesehatan Lia Aliyah (25) merasa bangga dan terhormat atas potensi penugasan tersebut, menyebutnya sebagai amanah besar. Ia menekankan perlunya mempersiapkan diri secara mental, fisik, dan lainnya. Senada dengannya, Sertu Kowad Cut Fadila Arsya (27) menjadikan tanggung jawab kemanusiaan dan profesionalisme sebagai motivasi utama. Prajurit, menurutnya, mengabdi tidak hanya pada negara, tetapi juga pada manusia, terutama di negara konflik seperti Gaza yang membutuhkan kepedulian.
Menurut Lia, tantangan terbesar bagi pasukan perdamaian Indonesia adalah membangun rasa kepercayaan dari masyarakat lokal, yang tanpanya misi tidak akan berjalan efektif. Sementara itu, Kopral Dua Hari Puro (36) juga menegaskan bahwa mereka menanamkan sejak dini bahwa tugas di Gaza bukanlah operasi militer. Prioritas utama mereka bukanlah mengalahkan musuh, melainkan melindungi warga sipil, yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan menahan diri.
Kesiapan para prajurit ini sejalan dengan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto dalam Sidang Umum PBB, di mana beliau menyatakan Indonesia siap mengerahkan 20.000 personel atau lebih untuk bertugas dalam misi perdamaian di berbagai wilayah konflik, termasuk Gaza, Ukraina, Sudan, atau Libya. Prabowo menekankan kepercayaan Indonesia pada PBB dan kesediaan untuk mengabdi di mana pun perdamaian membutuhkan penjaga.
Zahra Rahmanda Oktafiani – Redaksi

