Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengumumkan kabar gembira bagi petani di seluruh Indonesia yaitu harga pupuk resmi turun hingga 20 persen.
Menurutnya, penurunan ini sebagai peristiwa bersejarah karena belum pernah terjadi sebelumnya. Penurunan harga pupuk ini atas perintah langsung Prabowo agar petani bisa meningkatkan produksinya, apalagi Indonesia punya target swasembada pangan maksimal 4 tahun ke depan.
Hal itu dikatakan Amran dalam Konferensi Pers Satu Tahun Kinerja Pembangunan Pertanian di Kementan, Jakarta, Rabu (22/10) kemarin.
Amran menekankan bahwa selama puluhan tahun harga pupuk cenderung naik setiap tahun atau dua tahun sekali, namun kini justru berhasil diturunkan berkat efisiensi anggaran yang lahir dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto. Ia menjelaskan, harga pupuk jenis urea turun dari Rp 2.250 menjadi Rp 1.800 per kilogram atau dari Rp 112.500 menjadi Rp 90.000 per sak.
Sementara, pupuk NPK turun dari Rp 2.300 menjadi Rp 1.840 per kilogram atau dari Rp 115.000 menjadi Rp 92.000 per sak. Menurut Mentan, kebijakan ini merupakan hasil efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah tanpa menambah alokasi dari APBN. Amran memastikan langkah ini akan berdampak langsung pada peningkatan produksi pertanian nasional.
Penurunan harga pupuk ini diyakini akan memberikan dampak positif secara langsung terhadap peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP), menekan biaya produksi, serta mendorong kesejahteraan petani. Pemerintah pun optimistis langkah ini akan berkontribusi pada lonjakan produktivitas pertanian nasional dalam beberapa tahun ke depan.
Amran menjelaskan bahwa kebijakan penurunan harga tersebut tidak menggunakan tambahan dana dari APBN, melainkan hasil dari efisiensi dan pembenahan tata kelola distribusi pupuk di tingkat nasional. Ia juga menegaskan, pemerintah tidak akan mentolerir pihak-pihak yang berusaha menaikkan harga pupuk di atas ketentuan resmi. Setiap distributor atau pengecer yang melanggar akan dikenai sanksi tegas, mulai dari pencabutan izin hingga proses hukum sesuai peraturan yang berlaku.
Fito Wahyu Mahendra – Redaksi

