Operasi Zebra Jaya 2025 memperlihatkan tingginya intensitas penegakan lalu lintas di Jakarta dalam tujuh hari pertama pelaksanaan. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat 33.484 pelanggaran sejak 17 November, sebagian besar terekam otomatis oleh kamera ETLE. Pelanggaran roda dua mendominasi, terutama tidak memakai helm SNI, melawan arus, dan tidak menggunakan TNKB. Pelanggaran roda empat didominasi tidak memakai sabuk pengaman dan menggunakan ponsel saat berkendara.
Polda Metro Jaya mengerahkan 2.939 personel dari unsur kepolisian, TNI, Satpol PP, Dishub, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan penegakan berjalan sistematis. Operasi ini bukan sekadar razia, melainkan langkah terukur untuk menekan angka pelanggaran dan kecelakaan di jalan raya. Data menunjukkan situasi memprihatinkan dengan 11.604 kecelakaan sepanjang Januari hingga Oktober 2025 yang menyebabkan 659 korban jiwa, disertai lonjakan kasus pelanggaran lalu lintas. Fakta ini menjadi dasar kuat pelaksanaan operasi secara masif.
Penindakan dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu tilang berbasis ETLE dan patroli langsung untuk pelanggaran yang membutuhkan respons cepat. Tindak langsung diterapkan pada pelanggaran lampu lalu lintas, balap liar, dan pengemudi di bawah pengaruh alkohol yang tidak bisa menunggu proses ETLE. Kombinasi teknologi dan kehadiran personel di lapangan diharapkan meningkatkan disiplin berlalu lintas selama operasi berlangsung. Polda Metro Jaya menargetkan penurunan signifikan pelanggaran dan kecelakaan sebagai hasil dari operasi terpadu ini.
Polda Metro Jaya menegaskan bahwa Operasi Zebra Jaya dirancang untuk menciptakan budaya tertib lalu lintas yang berkelanjutan. Langkah ini sekaligus memperkuat rasa aman bagi pengguna jalan dan dukungan terhadap keselamatan publik. Pemerintah mendorong masyarakat untuk mematuhi aturan, mengingat pelanggaran sederhana sering berdampak besar pada keselamatan. Operasi ini diharapkan menjadi momentum perubahan perilaku berkendara di wilayah Jakarta.
Alexander Jason – Redaksi
