Serangkaian bencana alam di Sumatera Utara memicu pelaksanaan operasi kemanusiaan berskala besar oleh Polri setelah tercatat 65 kejadian yang meliputi tanah longsor, banjir, pohon tumbang, dan angin puting beliung di delapan kabupaten dan kota. Dampak bencana menimbulkan 29 korban dengan rincian 12 meninggal dunia, 10 luka-luka, dan 7 dalam pencarian.
Selain itu, 2.543 rumah mengalami kerusakan dan 445 warga harus mengungsi sementara akses jalan terputus akibat material longsor dan banjir setinggi hingga empat meter. Situasi ini menegaskan urgensi percepatan penanganan yang berorientasi pada keselamatan masyarakat.
Dalam respons awal, Kepolisian Daerah Sumatera Utara mengerahkan sedikitnya 135 personel yang terdiri dari empat Satuan Setingkat Kompi Brimob, personel Ditsamapta, Bidang Dokkes, dan Bidang Teknologi Informasi Kepolisian. Gelombang kedua pasukan Ditsamapta sebanyak 69 personel diberangkatkan sehari setelahnya untuk memperkuat operasi. Pasukan dilengkapi sarana komunikasi lapangan seperti 50 HT Harris, drone pemantau, mobil Komob, repeater, dan jaringan Starlink. Langkah ini mencerminkan upaya memperkuat komando dan koordinasi di lapangan agar operasi penyelamatan berjalan efektif.
Kepala Biro Operasi Polda Sumut, Karoops Polda Sumut, menegaskan bahwa pencarian dan penyelamatan korban menjadi prioritas utama meskipipun cuaca dinamis dan medan berbahaya. Karoops menjelaskan bahwa keselamatan warga menjadi tujuan terbesar dalam operasi sehingga seluruh personel terus bergerak tanpa jeda. Operasi di lapangan mencakup evakuasi korban banjir, pencarian warga terdampak longsor, serta pengamanan lalu lintas di daerah yang terputus. Posko darurat juga didirikan sebagai pusat informasi serta akses bantuan bagi masyarakat terdampak.
Polri terus mengirim dukungan logistik berupa makanan, obat-obatan, pakaian, selimut, dan layanan medis cepat untuk para pengungsi. Upaya lanjutan mencakup pembentukan dapur umum, pemetaan wilayah rawan bencana, serta koordinasi intensif dengan BPBD, pemerintah daerah, dan relawan. Langkah ini bertujuan mempercepat proses pemulihan dan normalisasi wilayah secara terukur dan berkelanjutan. Polri mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di lereng bukit, aliran sungai, dan daerah rawan longsor dengan keselamatan warga tetap menjadi prioritas tertinggi.
Alexander Jason – Redaksi

