Sebanyak 61.983 warga Kabupaten Aceh Tengah yang berada di 97 desa pada tujuh kecamatan hingga kini masih terisolir, dengan kondisi persediaan logistik yang semakin kritis.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Aceh Tengah, Mustafa Kamal, menjelaskan bahwa akses menuju desa-desa tersebut masih sangat sulit ditembus karena jalur darat belum dapat dilalui. Hingga saat ini, distribusi bantuan hanya dapat dilakukan melalui jalur udara.
“Daerah terisolir kekurangan logistik, bantuan belum dapat disalurkan ke semua lokasi. Secara kabupaten kita terkurung, sementara itu ada 97 kampung yang belum bisa diakses lewat darat dari Takengon,” ujar Mustafa, Minggu (7/12).
Ia menambahkan, bantuan dari luar daerah selama ini langsung diarahkan ke Takengon, sebelum didistribusikan melalui Bandara Rembele menuju titik-titik pengungsian.
Pemerintah daerah juga terus mengerahkan alat berat untuk membuka akses menuju desa-desa terdampak agar jalur distribusi logistik dapat terbuka dari berbagai arah. Upaya serupa turut dilakukan di Kecamatan Bintang, Rusip Antara, Celala, dan Linge yang hingga kini masih terputus dari ibu kota Kabupaten Aceh Tengah.
“Alat berat milik pemerintah daerah masih bekerja membuka akses ke 97 kampung tersebut,” jelasnya.
Selain hambatan akses, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi kendala besar dalam mobilisasi bantuan ke wilayah yang masih dapat dijangkau. Kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan gas LPG di daerah terdampak.
“BBM dan gas habis, bahan pangan sudah kritis, obat-obatan masih kritis, dan kebutuhan balita juga sudah kritis,” tegas Mustafa.
Akbari Danico – Redaksi

