Pembangunan halte TransJakarta di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) menuai pro dan kontra. Sejumlah warga antusias dengan pembukaan halte bertingkat itu karena ingin berfoto dengan latar Monumen Selamat Datang, sementara arsitek menilai “peradaban kota dipertaruhkan”.
Beberapa orang tidak membutuhkan waktu yang lama berada di halte karena ingin menuju ke tempat selanjutnya. Ujar Nirwono Joga Direktur Eksekutif Pusat Studi Tata Kota di Prime Time bersama Arlingga Panegga, pada hari Rabu (12/10)
Pembangunan Halte Transjakarta Bundaran Hi telah Merusak tata ruang Kota Jakarta dan Menjadi contuh buruk revitalisasi yang tidak memperhatikan aspek arsitektur kota dan mengabaikan aspek kesejahteraan kota.Ujar Joga
“pembangunan tersebut justru melanggar fungsi dasar halte sebagai transit antarmoda namun yang terjadi justru komersialisasi ruang halte tersebut.”Ujar joga
Joga juga mejelaskan Pembanguan halte Bundaran HI Di sebut melanggar prosedur, etik soal cagar budaya, dan melanggar tata ruang kota jika di teruskan. Jika ini lolos atau berhasil di buat akan ada lokasi-lokasi lain yang akan di buat sama.
Joga juga menyampaikan Langkah langkah yang harus dilakukan pemprov DKI jakarta perihal Halte transjakarta di Bundaran HI adalah, begitu PJ Gubernur menjabat langsung lakukan evaluasi , dan jika PT Transjakarta tidak menguiuti urutan urutan yang harus dilakukan maka PJ Gubernur harus berani bertindak. Dan karena Halte Transjakarta di bundaran HI masih tahap awal, harus berani membongkar jika tidak sesuai dengan penataan kota.