Senin (17/7/2023) kemarin menjadi hari pertama masuk sekolah. Umumnya, hari pertama masuk sekolah diadakan dengan cukup meriah karena menyambut peserta didik baru di tahun ajaran baru. Namun, berbeda dengan kemeriahan di beberapa sekolah, nyatanya 5 Sekolah Dasar di Ponorogo harus menanggung rasa sedih karena tidak ada satupun siswa yang masuk ke Sekolah Dasar tersebut.
5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Ponorogo yang tidak memiliki siswa pada hari pertama sekolah antara lain; SDN 2 Munggu, SDN Jalen, SDN 3 Babadan, SDN 1 Duri Slahung, dan SDN 2 Tegalombo.
SDN Jalen misalnya, selama kurun waktu 5 tahun terakhir, menurut Kepala Sekolah SDN Jalen Dedy Adi Nugroho, sekolahnya selalu mengalami penurunan jumlah siswa.
“Sejak 5 tahun terakhir, jumlah siswa masuk semakin menurun,” papar Dedy.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo Nurhadi Naruni, adanya sekolah yang tidak memiliki murid ini didasari oleh pihak sekolah yang kurang memberikan inovasi untuk menarik orang tua siswa untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut.
“Ini menunjukkan tanda KB sukses, terus juga perlu adanya inovasi dari kepala sekolah untuk menyusun program unggulan,” tutur Nurhadi
Dalam kasus SDN Jalen, nyatanya berbagai upaya atau inovasi sebenarnya sudah dilakukan oleh pihak sekolah untuk menarik orang tua murid untuk mendaftarkan anak mereka ke sekolahnya. Mulai dari mendatangi rumah orang tua siswa untuk diberikan seragam gratis, pemberian tabungan sebesar Rp100.000 untuk dibelikan buku pendamping seperti LKS, dan juga pemberian uang sebesar Rp150.000 per bulan untuk uang transportasi bagi siswa yang akan bersekolah di SDN Jalen.
Lantas, dengan adanya keuntungan yang ditawarkan oleh pihak SDN Jalen, mengapa pada akhirnya banyak orang tua murid yang tidak mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di sana?
Dari data yang dilansir oleh BANSM (BAN-S/M) Kemendikbud 2023, nyatanya 5 SDN di Ponorogo yang tidak memiliki memiliki siswa di hari pertama masuk sekolah merupakan SDN yang tidak masuk 20 SDN terbaik di Ponorogo atau bukan SDN yang terakreditasi A (Sangat Baik)
Nyatanya, persoalan tidak adanya siswa di hari pertama masuk sekolah di 5 SDN di Ponorogo bukan semata-mata karena kurangnya ‘inovasi’ dari pihak sekolah untuk menarik orang tua siswa. Nyatanya, persoalan utama yang akhirnya membuat orang tua siswa memilih untuk mendaftarkan anak-anaknya untuk bersekolah di sekolah tertentu adalah terkait dengan fasilitas dan juga kualitas pendidikan dari sekolah tersebut.
Dan permasalahan mengenai ketidakmerataan fasilitas dan kualitas sekolah inilah yang akhirnya juga menyebabkan permasalahan lain seperti kecurangan pada PPDB yang akhir-akhir ini seringkali terjadi.
Sehingga, yang seharusnya dapat dilakukan oleh pemerintah untuk membantu sekolah-sekolah untuk mendapatkan murid adalah dengan cara meratakan fasilitas dan kualitas pendidikan. Jangan sampai, ada sekolah yang fasilitas dan kualitas pendidikannya tertinggal dari sekolah-sekolah unggulan. Agar nantinya, orang tua siswa dapat percaya dengan sekolah-sekolah ‘non-unggulan’ ini. Karena pada dasarnya, baik fasilitas dan kualitas pendidikan yang ditawarkan sudah setara dengan sekolah-sekolah unggulan.
Persoalan pemerataan fasilitas dan kualitas pendidikan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai persoalan pendidikan lainnya. Mulai dari mengurangi tingkat kecurangan PPDB, menciptakan SDM yang berkualitas, menghilangkan status ‘sekolah unggulan’ yang menjadi salah satu tujuan dari diberlakukannya PPDB, dan lain sebagainya.
(RRY)