National

Anak Harimau Alshad Ahmad Meninggal Lagi, Mengapa Masih Banyak Orang Kaya Memelihara Satwa Liar?

Alshad Ahmad salah satu influencer satwa di Indonesia baru saja harus menelan pil pahit pasca ditinggalkan salah satu anak harimaunya yang bernama Cenora. Sebelumnya, Cenora sudah mendapatkan perawatan intensif, namun naas anak Harimau tersebut harus menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (24/7/2023). 

Cenora sendiri meninggal di usia 2 bulan. Sosok anak harimau Benggala ini lahir pada bulan Mei 2023. Cenora merupakan anak dari indukan harimau betina bernama Jinora, yang mana Cenora sendiri merupakan anak keempat yang dilahirkan oleh Jinora.

Sosok Alshad memang dikenal sebagai ‘crazy rich’ yang mengoleksi banyak satwa liar. Alshad pun beberapa kali mendapatkan kritikan terkait kepemilikan hewan liar di rumahnya

Banyak masyarakat Indonesia yang menilai bahwa Alshad mengeksploitasi hewan-hewannya untuk kebutuhan konten. Selain itu, fakta lainnya adalah kematian Cenora bukanlah satu-satunya kasus kematian anak harimau yang pernah dipelihara oleh Alshad Ahmad. 

Nyatanya, diketahui beberapa anak dari Jinora sebelumnya pun meninggal. Pada tahun 2021, anak dari Jinora pun meninggal dunia ketika baru 1 hari dilahirkan. Kemudian, di tahun 2022, lagi-lagi anak dari Jinora meninggal dunia ketika baru berusia 8 hari. 

Dari adanya rentetan kasus anak harimau yang telah meninggal, beberapa masyarakat mempertanyakan status izin kepemilikan hewan liar Alshad. 

Namun, nyatanya ‘tren’ memiliki hewan liar sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh Alshad. Nyatanya, banyak orang-orang dari golongan kaya memiliki hobi untuk memelihara hewan liar. 

Mengapa Orang Kaya Gemar Memelihara Hewan Liar

Nyatanya, tren orang kaya memelihara hewan liar tidak hanya terjadi di Indonesia. Banyak orang-orang kaya yang memelihara hewan liar guna memuaskan ego mereka. 

Lisa Wathne, manajer satwa liar di Humane Society of the United States mengatakan bahwa orang-orang kaya yang memelihara satwa liar didasari oleh adanya hubungan dengan ego. 

“Semuanya ada hubungannya dengan ego, sesederhana itu,” ujar Lisa.

“Terutama pada orang yang doyan merantai harimau atau membiarkan ular melingkar di lehernya. Orang-orang macam ini lebih memikirkan dirinya sendiri, ketimbang hewan eksotis yang mereka miliki.” tambah Lisa. 

Hewan-hewan liar ini dianggap sebagai sesuatu yang eksotis yang layak untuk dipamerkan. Hal seperti ini nyatanya sudah terjadi sejak 3.500 SM di Hierakonpolis, Mesir. Banyak hewan-hewan liar yang dianggap eksotis dipertontonkan. Dan hewan-hewan ini tentunya adalah milik para bangsawan Mesir zaman dahulu.


(Ilustrasi kebun binatang pertama di dunia) 

Dan rasanya, hal tersebut tampaknya masih relevan hingga zaman sekarang. Dalam kasus ini, sosok Alshad misalnya, banyak masyarakat Indonesia yang menilai Alshad ‘memamerkan’ hewan liarnya melalui konten-konten yang diunggah di media sosial.

Meskipun berdalih apa yang dilakukannya merupakan bentuk dari menyelamatkan hewan-hewan tersebut, namun adanya fakta bahwa ‘Alshad’ mengontenkan hewan-hewan liarnya secara tidak langsung adalah bentuk dari ego orang kaya untuk menunjukan kepemilikan hewan-hewan liar yang eksotis. 

Pro-Kontra Memelihara Hewan Liar

Di sisi lain, memelihara hewan liar seringkali dianggap sebagai bentuk dari langkah perlindungan untuk melindungi hewan-hewan dari kepunahan. 

Karena, pada dasarnya hewan-hewan liar yang sudah dalam penangkaran tidak serta merta dapat dibiarkan untuk ke luar alam bebas. 

Meskipun begitu, beberapa organisasi advokasi hak-hak hewan berpendapat bahwa tren memelihara hewan eksotis tidak melanggar etika sama sekali; sebaliknya, mereka percaya bahwa hal ini justru bermanfaat bagi kelangsungan hidup hewan liar.


(Harimau di habitat aslinya)

Contohnya, ROXANO (Responsible Exotic Animal Ownership), menyatakan bahwa “Penangkapan hewan liar untuk tujuan pemeliharaan telah menyelamatkan banyak hewan dari kepunahan dengan meningkatkan populasi mereka. Selain itu, hal ini mengurangi tekanan terhadap populasi hewan liar yang sama di alam. Pada akhirnya, mendomestikasi hewan liar dapat berkontribusi dalam menyelamatkan keberadaan spesies hewan tersebut.”

Disisi lain, Davina Veronica, aktris dan aktivis pembela hak hidup dan kesejahteraan hewan, berpendapat bahwa satwa liar seharusnya berada di alam bebas karena mereka memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan bumi. Menjaga satwa liar dalam lingkungan alaminya merupakan pilihan terbaik untuk semua pihak. “Pada akhirnya, keseimbangan bumi akan memberikan manfaat bagi manusia,” jelas pendiri yayasan Natha Satwa Nusantara tersebut.

Sehingga pada akhirnya, kepemilikan hewan liar akan selalu menjadi polemik. Namun, adanya fakta bahwa hewan liar meninggal ketika di bawah pemeliharaan seseorang seharusnya menjadi tanda tanya besar terkait bagaimana cara penanganan dari orang yang memelihara tersebut.

Namun satu hal yang pasti, setiap hewan tentunya memiliki habitatnya masing-masing. Dan cara terbaik untuk menjaga kelestarian mereka adalah dengan membiarkannya hidup di habitat yang sesuai dengannya.

(RRY)

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× hey MOST...