Sebagai bentuk upaya memperbaiki kualitas udara di Jakarta, pemerintah menerapkan modifikasi cuaca. Hasilnya adalah, Minggu, (27/08/202) malam kemarin sejumlah kota di wilayah Jabodetabek diguyur hujan.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, Budi Harsoyo pun menjelaskan apa itu modifikasi cuaca. Modifikasi cuaca adalah optimalisasi potensi hujan yang ada di alam. Sehingga, hujan dapat dijatuhkan di tempat yang dituju sekaligus menambah intensitas dan juga durasi hujan tersebut.
BACA JUGA: Kualitas Udara di Jakarta Memburuk, Lakukan 5 Langkah Ini!
Jadi, sederhananya modifikasi hujan bukanlah hujan buatan seperti yang dianggap oleh masyarakat awam. Modifikasi hujan pada dasarnya merupakan optimalisasi potensi hujan itu sendiri.
Bagaimana Modifikasi Hujan?
Dengan melakukan menginjeksikan bahan semai garam NACL yang berfungsi sebagai inti kondensasi dalam proses fisika di dalam awan yang merupakan proses alami terciptanya hujan.
Awan yang berisikan berisi butiran uap air akan menjadi hujan secara alami kalau bertemu dengan aerosol. Aerosol ini adalah partikel-partikel debu yang melayang di atmosfer secara alami, aerosol ini berasal dari penguapan garam-garaman salah satunya.
Aerosol ini berperan sebagai inti kondensasi dalam konteks ini. Ketika terdapat uap air di dalam awan, yang pada tahap tertentu akan berubah menjadi fase cair, aerosol bertindak sebagai bahan yang padat namun halus. Saat aerosol ini masuk ke dalam awan, butir air akan mengendap atau menempel pada partikel aerosol ini melalui proses tumbukan dan penggabungan. Secara fisik, ini mengakibatkan pertumbuhan butir air yang semula kecil menjadi lebih besar ketika mereka bertabrakan dan menggabung. Analoginya mirip seperti bola salju yang semakin membesar ketika bertabrakan dengan butiran lain.
Ketika ukuran butir air ini mencapai suatu titik di mana beratnya melebihi pengaruh gravitasi, mereka akan jatuh sebagai tetes hujan. Dalam konteks penambahan garam ke awan, garam bertindak sebagai tambahan inti kondensasi. Ini mengakibatkan peningkatan jumlah titik tempel bagi butir-butir air, yang mempercepat dan memperkuat proses pembentukan tetes hujan.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Usulkan PNS DKI untuk WFH Guna Memperbaiki Kualitas Udara Jakarta
Sebagai contoh, Most People dapat membayangkan hal ini seperti saat kita meletakkan gelas atau botol dalam kulkas. Ketika kulkas mengandung banyak uap air, hal ini dapat disamakan dengan awan. Ketika benda padat seperti botol atau gelas dimasukkan ke dalam kulkas, kita melihat tetes-tetes air terbentuk pada permukaan benda tersebut, seperti keringat di bibir botol. Analogi ini membantu menjelaskan bagaimana garam yang diinjeksikan bertindak sebagai titik tempel bagi butir-butiрr air, mempercepat proses kondensasi.
Akan Diterapkan Hingga 2 September
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) sudah melakukan perencanaan modifikasi cuaca sejak tanggal 24 Agustus dan BRIN diminta untuk tetap siaga hingga tanggal 2 September. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengantisipasi potensi kekeringan yang mungkin terjadi di wilayah Jawa Barat dan Banten. Fokusnya tidak hanya pada DKI Jakarta, meskipun DKI Jakarta menjadi sorotan utama. Tim polisi udara di Jakarta sedang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pada awal September, Jakarta akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN.
Kehadiran berita-berita yang menyatakan Jakarta sebagai kota yang sering dibicarakan dalam konteks politik global dapat berdampak negatif terhadap citra Indonesia. Pemerintah khawatir bahwa kepala negara dan delegasi dari negara-negara anggota ASEAN mungkin enggan datang ke Indonesia akibat hal ini. Oleh karena itu, pemerintah sedang berupaya keras untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusinya adalah melalui modifikasi cuaca yang sedang diupayakan.
(RRY)