Ujang Komarudin selaku Dosen Tetap Universitas Al Azhar Indonesia, dan juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) menyatakan apa yang dilakukan PDIP yaitu menunda pemberian sanksi terhadap Budiman Sudjatmiko merupakan upaya untuk tidak memberikan panggung kepada dirinya.
Sebagaimana yang diketahui, Budiman selaku kader PDIP secara terang-terangan mendeklarasikan dukungannya terhadap Prabowo Subianto sebagai bacapres Pilpres 2024. Sehingga, aksinya tersebut akan diberikan sanksi oleh PDIP yang memang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bacapres mereka.
Ujang pun menilai, PDIP pun akan tetap memberikan sanksi terhadap Budiman. Namun, sanksi tersebut akan diberikan ketika situasi sudah tenang, dan landai. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk tidak memberikan Budiman ‘panggung’.
“Saya dengar dari internal mereka gitu ya kelihatannya pada tidak mau memberi panggung kepada Budiman, karena kalau kalau dalam waktu cepat dipanggil pemberitaannya sedang bagus ya Budiman sudjatmiko, maka Budiman punya ini lagi punya panggung lagi punya nilai lagi yang tinggi, makanya pintar dia ulur dulu,” ujar Ujang saat menjadi narasumber pada siaran bersama Most 1058.
Bukan Satu-satunya Aktivis yang Mendukung Prabowo
Keberadaan sosok Budiman yang dikenal sebagai sosok aktivis 98 namun membelot mendukung Prabowo yang notabenenya merupakan eks musuhnya pun dianggap hal lumrah oleh Ujang.
Menurutnya, Budiman bukan satu-satunya aktivis 98 yang kini mendukung Prabowo untuk maju menghadapi kontestasi Pilpres 2024. Menurutnya, perubahan zaman pada dasarnya menjadi alasan mengapa para aktivis 98 justru mendukung ‘musuh’ lamanya. Dinamika politik yang terus berubah sesuai dengan kepentingan politik pada dasarnya menjadi alasan para aktivis ini ‘membelot’ mendukung Prabowo Subianto.
Sebagai contoh, Ujang pun menjabarkan dalam kasus Budiman. Menurutnya, pada awalnya Budiman merupakan kader favorit di era Taufiq Kiemas. Namun, setelah wafatnya beliau, nama Budiman ‘dibuang’ oleh partai. Mulai dari perubahan dapil yang berujung tidak terpilihnya beliau sebagai anggota DPR, tidak mendapatkan jabatan politik strategis, dan lain sebagainya pada akhirnya menjadi alasan Budiman mendukung Prabowo Subianto.
“Di masa lalu iya punya sejarah. Melakukan perlawanan, Budiman terhadap Orde Baru tapi di saat yang sama saat ini kan banyak juga para tokoh tokoh aktivis 98 yang ikut Prabowo banyak juga yang menjadi anggota DPR dari Partai Gerindra gitu ya tahu persis bahkan hari ini banyak aktivis aktivis 98 itu merapat ke Pak Prabowo memang dinamikanya sudah berubah, zamannya sudah berubah jadi ya kepentingan politik,” ujar Ujang.
Pada akhirnya, apa yang dilakukan Budiman merupakan hal lumrah dalam peta politik Indonesia. Sebagaimana yang kita tahu, tidak ada persaingan ataupun persahabatan yang abadi dalam dunia politik. Semua manuver yang dilakukan oleh para politikus pada akhirnya hanya untuk mengejar kepentingan politik saja.
(RRY)