Pada Jumat (12/1) dini hari, Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah kota di Yaman yang saat ini dikuasai oleh milisi Houthi. Serangan ini merupakan tanggapan atas serangkaian sabotase dan pembajakan kapal komersial terkait Israel yang dilakukan oleh milisi Houthi di Laut Merah dalam beberapa waktu terakhir. Ledakan terdengar di beberapa kota di Yaman tak lama setelah serangan AS-Inggris diluncurkan.
Presiden Joe Biden secara resmi mengonfirmasi serangan tersebut, menyatakan, “Ini adalah respons langsung atas serangan-serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial internasional di Laut Merah,” melalui pernyataan Gedung Putih pada Kamis (11/1) sore waktu setempat, seperti dilaporkan oleh CNN.
BACA JUGA: Muhammad Amin, Kapten Kapal Rohingya: Antara Pengungsi dan Tersangka Penyelundupan Manusia
Abdul Qader Al Mortada, seorang pejabat Houthi, juga mengonfirmasi serangan ini melalui akun X-nya. Al Mortada menyatakan bahwa serangan tengah berlangsung di beberapa kota di Yaman pada Jumat dini hari waktu setempat, termasuk ibu kota Sanaa, Kegubernuran Hodeidah, Saada, dan Dhamar.
Serangan ini menandai eskalasi baru dalam konflik antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober lalu yang semakin meluas. Sejak Israel menggempur Hamas di Gaza, milisi Houthi ikut melancarkan serangkaian aksi serangan terhadap Israel. Belakangan, Houthi meningkatkan intensitas serangan dengan menargetkan dan membajak kapal-kapal komersial terkait Israel yang melintasi Laut Merah. Milisi Houthi menyatakan bahwa serangan ini dilakukan sebagai bentuk pembelaan terhadap Palestina yang terus mengalami serangan brutal dari pihak Israel.
Eskalasi konflik ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kemanusiaan di Yaman dan sekitarnya, sementara dunia internasional terus memonitor dan mengevaluasi situasi yang semakin kompleks ini. (*/)
(RRY)