Tragedi yang mengguncang Washington akhir pekan lalu, di mana seorang pilot militer AS dikabarkan meninggal dunia setelah melakukan aksi bakar diri di luar kedutaan Israel, menjadi sorotan internasional. Peristiwa tersebut terjadi sebagai bentuk protes atas kekerasan yang terus terjadi di Palestina oleh Israel.
Angkatan Udara AS secara resmi mengonfirmasi kabar kematian prajuritnya pada Senin (26/2), menyusul kejadian tragis yang terjadi pada Minggu (25/2) malam di luar Kedutaan Besar Israel. Prajurit yang tidak disebutkan namanya tersebut dilaporkan meninggal dunia setelah kondisinya kritis akibat aksi bakar diri yang dilakukannya.
Sebelum melakukan tindakan tersebut, prajurit tersebut merekam video dirinya sendiri mengenakan seragam militer, mengecam kebijakan dan serangan genosida Israel terhadap Palestina. Video tersebut kemudian tersebar luas di media sosial dan sebelum ia melakukan aksi bakar diri tersebut, dirinya dengan lantang meneriakan “Bebaskan Palestina!”.
Kedutaan Israel tidak melaporkan adanya staf yang terluka dalam kejadian tersebut, sementara prajurit AS langsung dilarikan ke rumah sakit setelah petugas tanggap darurat tiba di lokasi kejadian.
BACA JUGA: Mengenal Hamas: Sejarah, Pendiri, Ideologi, dan Hubungannya dengan Konflik Israel-Palestina
Peristiwa ini menjadi satu di antara serangkaian protes dan demonstrasi yang terjadi di beberapa negara terkait konflik di Gaza. Sejak Oktober, konflik tersebut semakin panas dan telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan memicu krisis kemanusiaan yang melumpuhkan Gaza, dengan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Tindakan AS dalam menghalangi resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza telah menimbulkan kekecewaan dan tekanan dari sejumlah pihak, termasuk kelompok pemilih Arab-Amerika yang mengancam untuk memberikan suara tanpa komitmen atau menulis “Bebaskan Palestina” dalam surat suara mereka.
Upaya Washington untuk menengahi konflik tersebut juga belum membuahkan hasil, sementara persenjataan AS tetap mengalir ke Israel. Meskipun Gedung Putih mencoba meredakan kekhawatiran di kalangan pemilih Arab dan Muslim, banyak pihak masih merasa frustrasi dengan kebijakan pemerintahan Benjamin Netanyahu dan terus mendorong untuk mendukung solidaritas dengan Palestina.
Peristiwa ini menjadi titik fokus perdebatan internasional tentang kebutuhan akan solusi damai dan penyelesaian yang adil terhadap konflik di Palestina. Sementara itu, dunia terus memantau perkembangan dan langkah-langkah yang akan diambil oleh komunitas internasional untuk mengakhiri siklus kekerasan dan penderitaan di wilayah Palestina. (*/)
(RRY)